126 TAHUN TERKUBUR, DOKUMEN LETUSAN KRAKATAU DITERBITKAN

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 30, 2009

JAKARTA - Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Sapta Nirwandar, menyambut baik diterbitkannya dokumen klasik tentang dahsyatnya letusan Krakatau tahun 1883. Sebab, dokumen yang telah 126 tahun terkubur dalam lautan naskah kuno dan ditemukan terpisah di enam negara itu, sekarang sudah bisa dibaca bangsa Indonesia.
"Dokumen klasik bernama Syair Lampung Karam ini adalah karangan Muhammad Saleh, yang mengaku mengalami dan menyaksikan sendiri letusan Krakatau yang amat dahsyat di tahun 1883. Saking dahsyatnya, bunyi letusannya dapat didengar sejauh Manila, Cololbo, Papua Nugini, dan pedalaman Australia," kata Sapta Nirwandar di Jakarta, Rabu (30/12/2009).
Syair Lampung Karam tentang dahsyatnya letusan Krakatau hasil penelitian Suryadi, --peneliti dan dosen di Leiden University ini, menurut Sapta, teks syairnya bisa direvitalisasi untuk berbagai kepentingan, misalnya di bidang akademik, budaya, dan pariwisata. Salah satunya adalah kemungkinan untuk mengemaskinikan teks syair tersebut dalam rangka agenda tahunan Festival Krakatau.
Syair yang aslinya ditulis dalam aksara Arab-Melayu (Jawi) ini juga dapat direvisi dan diperkenalkan untuk memperkaya dimensi kesejarahan dan penggalian khasanah budaya dan sastra daerah Lampung khususnya dan Indonesia umumnya.
"Dengan terbitnya dokumen langka hasil catatan pribumi satu-satunya tentang letusan Krakatau 1883 itu, bangsa Indonesia mendapat kesempatan untuk mengetahui sebuah dokumen yang ditulis oleh para pendahulu kita," papar Sapta.
Naskah klasik yang merupakan kekhayaan khasanah budaya Indonesia ini menarik dikaji karena di dalamnya mengandung banyak informasi penting menyangkut bahasa, budaya, dan sejarah Indonesia.

Sumber: kompas.com
READ MORE - 126 TAHUN TERKUBUR, DOKUMEN LETUSAN KRAKATAU DITERBITKAN

UNIVERSITAS TERBUKA INGINKAN OTONOMI

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 30, 2009

JAKARTA - Untuk mengembangkan bidang akademik dengan lebih kreatif dan memperoleh kewenangan dalam pengelolaan sumber daya, Universitas Terbuka akan mengajukan draf rancangan peraturan pemerintah Badan Hukum Pend idikan Pemerintah pada tanggal 31 Desember 2009. Jika draf ini disetujui oleh Departemen Pendidikan Nasional, status UT akan berubah menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah pada pertengahan tahun 2010.
Mudah-mudahan dengan otonomi yang lebih luas, Universitas Terbuka (UT) akan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. "Kita juga bisa menjadi lebih kreatif dan prosedurnya pun lebih simpel. Harapannya, kualitas UT juga kan meningkat," kata Rektor UT Tian Belawati, Selasa (29/12), di Jakarta.
Perubahan status UT menjadi BHPP itu, lanjut Tian, tidak lantas berarti akan ada kenaikan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Besaran SPP UT akan tetap sama dengan saat ini yakni Rp 20 ribu per SKS (strata 1). Jika mahasiswa mengambil 15 SKS, berarti S PP per semester yang harus dibayarkan sebesar Rp 300 ribu. Ditambah dengan uang pendaftaran Rp 60 ribu berarti setiap mahasiswa hanya perlu mengeluarkan uang Rp 360 ribu per semester.
Mahasiswa UT sama sekali tidak perlu panik dengan adanya perubahan status UT. Perubahan ini menuju kualitas yang lebih baik dan bukan lebih mahal, kata Tian.
Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) pada 16 Januari 2009 semua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) harus berubah menjadi perg uruan tinggi ber-BHPP. Sebagai BHPP, UT menjadi subyek hukum dalam bentuk badan hukum yang terpisah dari negara sebagai badan hukum pendirinya.

Daya Jangkau 
Memasuki tahun 2010, UT akan memperketat rentang kendali dalam rangka implementasi lapangan, karena jumlah mahasiswa yang semakin banyak, yakni 630.000 mahasiswa aktif (semester II tahun 2009). "Dengan jumlah mahasiswa sebanyak itu kami perlu bermitra dengan lebih banyak pihak seperti pemerintah daerah dan PT setempat untuk membantu mengawasi, menyelenggarakan, dan memantau situasi lapangan," kata Tian.
Untuk memperluas jangkauan, UT akan memulai sistem paket semester usia 18-22 tahun (SIPAS 1822) khusus untuk lulusan SMA berusia 18-22 tahun yang tidak bisa ditampung di perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Program yang akan dimulai Januari 2010 ini tetap sistem pendidikan jarak jauh dengan bekerja sama dengan PT-PT tatap muka. Bentuknya, PT yang bekerja sama dengan UT akan memberikan tutorial intensif secara tatap muka 8 kali per semester.
Maksudnya supaya anak-anak muda yang menjadi mahasiswa UT tetap bisa bersosialisasi. "Kami mengerti anak-anak muda masih ingin bergaul dan punya banyak teman. Ini salah satu cara tetap bisa bergaul dan punya banyak teman meski kuliah di UT," kata Tian.
Khusus untuk program SIPAS 18-22 itu akan ada paket-paket program studi yang terprogram sehingga 4 tahun bisa lulus dan untuk sementara masih difokuskan di luar Jawa.

Sumber: kompas.com
READ MORE - UNIVERSITAS TERBUKA INGINKAN OTONOMI

KOMPETISI SAINS UNTUK 100.000 ANAK SD

Diposting oleh Pendidikan | Selasa, Desember 29, 2009

JAKARTA — Guna mendorong kecintaan anak-anak SD pada sains, majalah Kuark kembali menggelar Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2010. Kompetisi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman ini mengikuti olimpiade sains yang terbuka bagi semua anak SD di seluruh Indonesia itu ditargetkan bisa melibatkan 100.000 anak.
Sanny Djohan, pimpinan Kuark International, Senin (28/12/2009) di Jakarta, menjelaskan bahwa tujuan dari OSK bukan semata-mata menang dan kalah serta hadiah yang didapat. "Tetapi lebih memberikan pengalaman yang berharga bagi anak-anak untuk mengikuti kompetisi berskala nasional dan tentunya mengasah kemampuan serta kreativitas anak di bidang sains," ujar Sanny.
Pendaftaran OSK berakhir pada 11 Januari 2010. Pendaftaran dapat dilakukan di OSK Center terdekat yang tersebar di berbagai kota. Daftar lengkap OSK Center dapat dilihat di http://www.komikuark.net/oskcentre.php.

Sumber: kompas.com


READ MORE - KOMPETISI SAINS UNTUK 100.000 ANAK SD

SERTIFIKASI BELUM DORONG PROFESIONALISME GURU

Diposting oleh Pendidikan | Selasa, Desember 29, 2009


PONTIANAK — Sertifikasi guru dinilai belum memberikan dampak berarti terhadap peningkatan profesionalisme pendidik. Padahal, program yang diharapkan turut mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ini sudah berjalan sejak lima tahun lalu.
”Sertifikasi ditengarai belum memberikan dorongan yang signifikan terhadap perubahan profesionalisme para guru. Yang sudah ada baru perubahan pendapatan mereka saja,” kata Rektor Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Chairil Effendi, Senin (28/12/2009).
Dosen Universitas Tanjungpura, Aswandi, mengatakan, untuk Kalbar, belum pernah dilakukan penelitian mengenai dampak sertifikasi terhadap kelayakan seorang guru sebagai pendidik profesional.

Sumber: kompas.com

READ MORE - SERTIFIKASI BELUM DORONG PROFESIONALISME GURU

GURU SWASTA MERASA DIPERLAKUKAN TAK ADIL

Diposting oleh Pendidikan | Selasa, Desember 29, 2009

JAKARTA — Guru swasta meminta pemerintah menghentikan kebijakan-kebijakan diskriminatif yang semakin memperbesar kesenjangan kualitas dan kesejahteraan antara guru PNS dan guru swasta. Para pendidik di sekolah-sekolah swasta itu berharap pemerintah bisa bersikap lebih adil dalam komitmennya meningkatkan perlindungan, kesejahteraan, dan profesionalisme guru di Indonesia.
”Sampai saat ini, pemerintah tetap memprioritaskan guru PNS dalam meningkatkan kesejahteraan ataupun profesionalisme guru,” kata M Fatah Yasin, Koordinator Guru Swasta Indonesia, yang dihubungi dari Jakarta, Senin (28/12/2009).
Jumlah guru swasta di Tanah Air sekitar 1,2 juta orang. Para guru swasta yang tergabung dalam berbagai organisasi dari sejumlah daerah, pekan lalu, menggelar rapat kerja nasional di Tegal, Jawa Tengah. Bentuk diskriminasi yang dikeluhkan antara lain kuota sertifikasi guru PNS dan swasta yang timpang. Kuota guru PNS 75 persen, sedangkan guru swasta hanya 25 persen.
”Tetapi, kenyataannya, guru swasta cuma 10 persen tiap tahun,” kata Sumarno, Sekretaris Persatuan Guru Swasta Provinsi Banten.
Selain itu, subsidi tunjangan fungsional bagi guru swasta yang besarnya Rp 200.000 per bulan tak diterima semua guru swasta. Belum lagi soal peningkatan kualitas guru, kebijakan itu jarang diberlakukan pada guru swasta.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistiyo meminta segera ada peraturan pemerintah (PP) yang mengatur nasib guru tidak tetap, termasuk guru swasta, guru honor, dan wiyata bakti (guru honor yang bukan pegawai negeri). PP ini perlu ada untuk menghapuskan kesenjangan antara guru negeri dan swasta serta memperjelas sistem perekrutan guru tidak tetap pada masa mendatang. (ELN/LUK)

Sumber: kompas.com
READ MORE - GURU SWASTA MERASA DIPERLAKUKAN TAK ADIL

MINDCHAMPS BERUPAYA MEMBANTU SISWA BERPIKIR KREATIF

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 28, 2009

JAKARTA – Tidak dapat dipungkiri realitas yang dihadapi masyarakat Indonesia di bidang pendidikan saat ini adalah mengenai kurikulum yang selalu berubah dan kualitas SDM yang rendah.
Sistem pendidikan di seluruh dunia saat ini terus berupaya agar tetap relevan di tengah-tengah dunia yang selalu berubah. Meskipun sistem pendidikan yang diterapkan seringkali gagal dalam dalam mempersiapkan lulusan yang siap pakai dan mampu bersaing di dunia yang sarat dengan perubahan informasi yang cepat.
Tak dapat dipungkiri paradigma orangtua pada umumnya mengenai pendidikan anak-anaknya adalah mereka mengharapkan anaknya mendapat nilai yang baik di sekolah, berhasil dalam ujian, masuk universitas yang ternama, pekerjaan yang bagus serta masa depan yang terjamin. Namun seringkali banyak orang tidak memahami bagaimana proses menjadikan anak menjadi cerdas.
Orang yang cerdas sesungguhnya bukanlah orang yang tahu akan segalanya, tetapi adalah orang yang tahu bagaimana cara mendapatkan informasi akan segala sesuatu dan mengelolanya,” ujar David Chiem Founder & CEO/Principal MindChamps.
Strategi pembelajaran akan membuat bangunan optimum bagi otak menjadi platform untuk meraih sukses di masa depan.
MindChamps selama 11 tahun telah menyelidiki dan mengembangkan teknik pembelajaran dan daya ingat secara aktif serta program penyulingan untuk melatih siswa dalam hal proses berpikir yang akan memperlengkapi mereka di tahun-tahun yang akan datang. Strategi belajar yang kreatif mengenalkan tentang kepercayaan diri dan cara berpikir yang fleksibel, sementara otak akan mengingat tehnik tersebut, dimana secara efektif otak akan menyimpan informasi penting, mendukung kombinasi yang seimbang dan sehat fungsi otak kiri dan otak kanan, mengembangkan dan memperkuat alur saraf yang mendukungnya.
Dalam MindChamps, siswa dalam berbagai usia diperkenalkan cara belajar inovatif, mengolah dan mengingat, serta memampukan mereka untuk mengembangkan kemampuan diri mereka yang akan muncul melalui prestasi nyata dan mengontrol pengalaman pendidikan yang diperolehnya.
MindChamps adalah organisasi yang menciptakan program untuk dapat membantu otak berpikir kreatif (bekerjasama dengan Universitas Nasional Australia Sydney) di bawah pimpinan Profesor Allan Snyder FRS yang dikenal dunia sebagai seorang peneliti yang meneliti kemampuan tersembunyi pikiran manusia. 
Misi kami adalah untuk menantang dan memperbaiki standar kependidikan secara internasional, karena kami percaya bahwa permulaan abad kedua puluh satu adalah saat untuk hidup dan belajar untuk masa depan,” tukas David Chiem dalam keterangan persnya, di Jakarta, Sabtu (21/11).
Dasar yang melandasi seluruh program kami adalah keyakinan dan pengenalan akan program pemecahan masalah dan teknik-teknik berpikir yang kreatif,” imbuh David.
Brian Caswell Dean of Research and Program Development MindChamps mengatakan bahwa ada tiga elemen penting dalam pikiran manusia yakni creative mind, learning mind dan champion mind.
Saat ini Raffles International Christian School, Pondok Indah berencana untuk menerapkan program MindChamps bagi siswanya.
Pada tahun 2000 Allan Snyder menciptakan trademark championship mindset yakni jika mindset seseorang bisa dirubah. Setiap orang memiliki keunikan masing-maing, dan yang membuat seseorang spesial adalah orang yang memiliki pemikiran untuk menjadi pemenang.

Sumber: christianpost.co.id

READ MORE - MINDCHAMPS BERUPAYA MEMBANTU SISWA BERPIKIR KREATIF

CARA BELAJAR TEPAT ALA MINDCHAMPS

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 28, 2009

JAKARTA - Ingin tahu bagaimana cara belajar yang tepat? Menurut David Chiem, pendiri lembaga pengembangan pola pikir internasional MindChamps, inti dari kegiatan belajar yang tepat adalah mempelajari bagaimana cara belajar, bukan apa yang dipelajari. 
"We must learn how to learn not what you learn," ujar David usai menobatkan Bams Samson sebagai Youth Fellow of MindChamps di Rumah Ranadi, Jeruk Purut Jakarta, Minggu (27/12/2009). 
Menurut David, MindChamps, lembaga yang ia dirikan mampu membantu siswa mengingat informasi dalam jangka panjang untuk kemudian juga mampu memanggil kembali informasi yang mereka ingat secara tepat. 
"Ada banyak teknik untuk mengerti sebuah informasi. Kami tidak mengajarkan konten namun mengajarkan bagaimana teknik yang benar dalam menyimpan informasi. Dengan demikian siswa akan senang. Jika kita mengetahui bagaimana cara melakukan sesuatu, maka kita akan melakukannya dengan senang," ujar David. 
Konsep belajar MindChamps menggunakan tiga pendekatan. Pertama pendekatan champion mind yang membantu murid menemukan sesuatu yang unik dari dirinya. "Seperti Bams Samsons, uniknya dia adalah bintang rock," imbuh David mencontohkan. 
Kedua, pendekatan creative mind yang membantu siswa mengolah atau menggunakan informasi yang ia simpan dengan kreatif. "Informasi itu banyak jumlahnya dan mudah didapat. Semakin banyak, semakin rendah nilainya, sama halnya dengan batu permata. Untuk itu, informasi yang banyak tersebut harus dikreasikan," kata David. 
Ketiga, pendekatan learning mind yang membantu siswa mengerti bagaimana cara belajar yang benar. Ketiga pendekatan tersebut dikenal sebagai new brain software. Selain menerapkan cara belajar baru, MindChamps juga memiliki program untuk meningkatkan kepribadian siswa, kemampuan komunikasi dan menjalin hubungan interpersonal, serta menyediakan workhsop bagi orangtua murid dalam mendukung siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di rumah. 
MindChamps merupakan lembaga pendidikan internasional yang tersebar di beberapa negara yang didirikan oleh David Chiem bekerja sama dengan Profesor Allan Snyder seorang ahli syaraf ternama di dunia. 
Seperti yang diberitakan, Bams Samsons yang lulus dari MindChamps pada 2003 dinobatkan sebagai Youth Fellow of MindChamps, Minggu (27/12/2009). Menurut Bams, metode belajar MindChamps telah membuatnya keluar dari ketidaknyamanan. "MindChamps membantu saya di situ, dia mengajarkan cara belajar yang membuat orang mudah belajar," ujar Bams.

Sumber: kompas.com

READ MORE - CARA BELAJAR TEPAT ALA MINDCHAMPS

PRAMUKA PERLU JADI EKSKUL WAJIB

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 28, 2009

SLEMAN - Rancangan undang-undang Gerakan Pramuka yang menurut rencana disahkan tahun 2010, sangat dinanti insan pramuka. Sebab, UU tersebut akan memuat dua hal yang diperlukan untuk mengembangkan pramuka, yakni perlunya pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah dan sertifikasi bagi pembina pramuka.
Andalan Cabang urusan Bina Muda Pramuka Kwartir Cabang Kota Yogyakarta, Ganis mengatakan, ilmu kepramukaan, ibaratnya hanya didapat para pelajar sampai bangku SMP. Ketika menginjak SMA, ilmu kepramukaan setengah berhenti karena hanya sebagian SMA/SMK yang memasukkan pramuka menjadi ekstrakurikuler.
"Itupun ekstrakurikuler pilihan. Memang, dari ratusan lebih SMA/SMK se-DIY, yang mempunyai ekstrakurikuler pramuka sudah 90 persen. Namun pramuka kurang diminati dan tidak ngetren. Ini hal yang mencemaskan," ujar Ganis, di sela-sela acara Pengembaraan Desember Tradisional XXXVIII Tahun 2009, Sabtu (27/12/2009).
Menanamkan ilmu kepramukaan, diakui Ganis yang juga pelatih pramuka ini, memang tidak mudah. Belum tentu seseorang yang mengurusi ekstrakurikuler pramuka di sekolah dikatakan memenuhi syarat. Kondisi ini, tentu saja berimbas ke materi dan cara pengajaran kepada siswa. Padahal keduanya hal penting supaya pramuka dianggap menarik.
Beranjak dari hal itulah, diperlukan pengujian kemampuan para Pembina pramuka, dan dirupakan dalam sertifikat. Idealnya ya seperti proses sertifikasi guru. Maka dari itu kami berharap rancangan UU Gerakan Pramuka bisa disahkan tahun depan. UU itu akan menjadi gebrakan baru, katanya.
Esensi dari pramuka, menurut Ganis, adalah menuju pengayaan budi pekerti. Pramuka tak semata mengajarkan ilmu tali-temali dan cara mendirikan kemah. Ilmu sebenarnya adalah bagaimana manusia saling bekerja sama, memahami, dan beritikad baik.
Sulaiman, pramuka siswa SMAN 8 Yogyakarta mengatakan, pramuka memang bukan ekstrakurikuler menarik bagi sebagian siswa SMA. "Sebenarnya, pramuka menarik kok dan sayang jika di SMA hanya menjadi ekstrakurikuler pilihan. Mestinya bisa menjadi ekstrakurikuler wajib. Nah, sekolah mesti bergerak pertama, yakni mencari cara agar pramuka bisa membuat siswa tertarik," ucap Sulaiman.
Pengembaraan Desember, acara dari Kwarcab Kota Yogyakarta yang digelar 26-30 Desember ini, adalah gelaran ke-38. Koswala Mahayana, Ketua Dewan Kerja Kwarcab Kota Yogyakarta, menjelaskan, rute perjalanan 700-an peserta acara kali ini, yakni pramuka penegak (SMA/SMK) dan pandega (perguruan tinggi), selalu berganti. Untuk tahun 2009 yang dipilih adalah rute Tentara Palajar Brigade 17, yakni Demakijo-Minggir-Seyegan-Ngaglik-Timoho.

Sumber: kompas.com
READ MORE - PRAMUKA PERLU JADI EKSKUL WAJIB

PULUHAN KARYA TEKNOLOGI ANAK BANGSA DIPAMERKAN DI ANCOL

Diposting oleh Pendidikan | Sabtu, Desember 26, 2009

JAKARTA - Sedikitnya 20 karya teknologi anak bangsa terbaik saat ini, mulai Sabtu (26/12/2009) dipamerkan di Dunia Fantasi, Ancol Jakarta Bay City. Pameran bertajuk Edufantasi kerja sama Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan Ancol Jakarta Bay City ini mengusung tema Edutainment, Sinergi dalam Belajar dan Bermain.
Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Budi Karya Sumadi mengatakan, Dunia Fantasi merupakan wahana bermain yang di dalamnya sarat dengan aplikasi ilmu pengetahuan, namun banyak yang tidak menyadari hal tersebut. "Sejalan dengan visi Dunia Fantasi, melalui Edufantasi diharapkan dapat memberikan citra belajar dapat dilakukan dengan menyenangkan dan sambil bermain. Sehingga belajar tidak lagi menjadi suatu proses yang tidak menyenangkan," katanya, Jumat (25/12/2009) di Ancol.
Pada pameran bekerja sama dengan ITB ini, akan ditampilkan seperti Water Rocket Himpunan Mahasiswa Mesin, Alat Pendaur Ulang Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, Teropong Himpunan Mahasiswa Astronomi, Robot Line Follower Himpunan Mahasiswa Elektro, Sulap Kimia Himpunan Mahasiswa Kimia, Pelontar Elektro Magnetic Fakultas teknik Mesin dan Dirgantara.
Juga ada Sepeda Inovasi Anak Keluarga Mahasiswa Seni Rupa, Rompi Anti Peluru Himpunan Mahasiswa Teknik Material, Pesawat Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan, Software Pencari Jejak Himpunan Mahasiswa Informatika, Software Games Digimon Himpunan Mahasiswa Informasika, Maket Ikatan Mahasiswa Arsitektur, Catur Kreatif Keluarga Mahasiswa Seni Rupa, dan masih banyak karya teknologi lainnya.
Budi Karya Sumadi menjelaskan, pameran digelar hingga 28 Desember 2009, bertujuan untuk membangkitkan rasa percaya diri anak bangsa terhadap potensi yang di miliki oleh putra-putri bangsa agar termotivasi untuk terus belajar dan berkarya. Masyarakat pengunjung Dunia Fantasi dapat belajar dan memperkaya wawasan, dan terinspirasi untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dan berguna bagi bangsa dan negara.
Sejumlah pengunjung Ancol Jakarta Bay City, menyambut baik Pameran Karya teknologi Anak Bangsa ini. "Karena dibuka tanggal 26 Desember, saya harus kembali mengajak anak-anak berlibur sambil belajar dan mudah-mudahan mendorong anak-anak semakin giat belajar, berkreasi dan berinovasi. Anak-anak kadang-kadang memiliki bakat terpendam. Dari ajang Pameran Teknologi Anak Bangsa diharapkan lebih memacu anak-anak giat belajar, berinovasi, dan berprestasi," kata Sudirman, warga Cileduk, Kota Tangerang, ketika ditemui tengah berlibur bersama keluarga di Ancol.
Secara terpisah, Departemen Corporate Plan, Ancol Jakarta Bay City, Sofia Cakti menjelaskan, selain pameran karya dan keprofesian, juga ada talkshow mengenai karya yang dipamerkan, dan hiburan.
Edufantasi merupakan salah satu sarana penyampian ilmu pengetahuan yang di sajikan dengan ringan dan menyenangkan. "Ini merupakan salah satu wujud pengabdian mahasiswa kepada masyarakat umum agar ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan dapat bermanfaat juga bagi masyarakat luas," katanya.

Sumber: kompas.com
READ MORE - PULUHAN KARYA TEKNOLOGI ANAK BANGSA DIPAMERKAN DI ANCOL

PSB ONLINE DIPERJUANGKAN, LEGALITASNYA DIPERTANYAKAN

Diposting oleh Pendidikan | Sabtu, Desember 26, 2009

SURABAYA - Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya berupaya memperjuangkan program Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online, meski program itu terus dipertanyakan legalitas penyelenggaraannya.
Kadindik Surabaya Sahudi mengatakan, PSB merupakan salah satu program Dindik yang penting. Jika anggaran Dindik belum turun, dipastikan hal itu bisa mengganggu persiapan PSB.
"Bila PSB online tidak berjalan, berarti kembali menggunakan cara manual dan itu berarti kemunduran yang juga merugikan masyarakat," ujar Sahudi di Surabaya, Kamis (24/12/2009).
Jalur PSB manual akan menuntut masyarakat menyiapkan banyak berkas, berpeluang KKN dan menguras tenaga dan biaya. Terkait dugaan penyimpangan proses penyelenggaraan PSB Online, Dindik menegaskan jika penyelenggaraannya tidak menyalahi prosedur, dipastikan PSB online tetap dilakukan tanpa lelang.
"Melalui tinjauan hukum penyelenggaraan PSB online tanpa lelang tidak menyalahi keputusan presiden No.80/2003 tentang pengadaan barang dan jasa," ujar Sahudi seusai Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan PPD (Penerimaan Peserta Didik).
Apa yang disampaikan Sahudi mengacu pada rekomendasi yang diberikan oleh Prof Johanes Sogar Simamora dari Universitas Airlangga. Sogar menyatakan, selama memenuhi salah satu unsur swakelola, program PSB tidak perlu dilelang.
"Tidak perlu memandang besaran nilai proyek, selama memenuhi unrur seperti yang ditetapkan Kepres maka sah saja proyek itu tidak dilelang," ujar Sogar. (rey)

Sumber: kompas.com
READ MORE - PSB ONLINE DIPERJUANGKAN, LEGALITASNYA DIPERTANYAKAN

BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SULIT DI DOWNLOAD

Diposting oleh Pendidikan | Sabtu, Desember 26, 2009



Ketika pemerintah mengeluarkan program buku murah rakyat sangat senang. Berarti nantinya buku-buku yang digunakan di sekolah harganya akan terjangkau. Tidak hanya itu, buku-buku tersebut juga dapat di download dengan mudah. Tujuannya agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati program ini.

Ternyata kenyataan itu memang pahit seperti kata Iwan Fals. Buku Sekolah Elektronik yang katanya dapat didownload dengan mudah ternyata sulit dan sangat sulit. Masyarakat saat ini mengeluhkan hal tersebut. Sudah filenya dipisah-pisah per bab sulit lagi didownloadnya.

Mudah-mudahan ke depan program yang pro rakyat seperi ini harus lebih ditingkatkan pelayanannya. Dimudahkan lagi proses dan cara mendapatkannya. Agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati layanan ini. Salam suara rakyat. 
Download BSE mudah, rapi, dan sudah digabung.


READ MORE - BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SULIT DI DOWNLOAD

PERPUSTAKAAN BUKAN SEKADAR PENUNJANG

Diposting oleh Pendidikan | Jumat, Desember 25, 2009


BANDUNG — Perpustakaan dewasa ini hendaknya dipandang bukan lagi sekadar penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan sebaliknya menjadi salah satu elemen penentu pendidikan.

"Kini perpustakaan bukan lagi sekadar back office. Justru, jantung aktivitas keilmuan di perguruan tinggi adalah di perpustakaan. Perpustakaan, seiring perkembangannya, banyak beralih jadi tempat belajar dan diskusi yang nyaman," tutur Kepala Bagian Perpustakaan Institut Teknologi Telkom Yani Nuareni di Bandung, Rabu (23/12/2009).

IT Telkom kini memiliki fasilitas perpustakaan terlengkap yang dinamakan learning center di Kampus Buah Batu. LC ini memiliki luas areal 5.000 meter persegi. Di sini tidak hanya terdapat buku, tetapi juga digital library, e-book, referensi penelitian, serta jurnal online. Tidak hanya itu, di lantai dasar LC juga terdapat fasilitas umum macam ATM, kafetaria, dan toko.

Sumber: kompas.com
READ MORE - PERPUSTAKAAN BUKAN SEKADAR PENUNJANG

PROGRAM STUDI TIDAK TERAKREDITASI SEGERA DITUTUP

Diposting oleh Pendidikan | Jumat, Desember 25, 2009

BANYUMAS, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan segera menutup program studi yang tidak terakreditasi. Mahasiswa dan dosen pada program studi yang ditutup akan disalurkan ke program studi yang lain.
Penutupan tersebut, menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Fasli Jalal, akan segera dilaksanakan. Pada periode 2012-2013, seluruh program studi yang tidak terakreditasi sudah harus ditutup.
"Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 19, tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan," katanya usai menghadiri Seminar Kewirausahaan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Kamis (24/12/2009).
Sejak dikeluarkannya PP tersebut, Fasli mengatakan, pemerintah sudah memberikan tenggang waktu sampai tujuh tahun bagi setiap perguruan tinggi untuk berusaha mendapatkan akreditasi pada setiap program studi. Hingga akhir 2009 ini, ternyata baru separuh dari 15.000 program studi di seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang terakreditasi.
"Sampai sekarang masih ada 7.500 program studi yang belum terakreditasi," ucapnya.
Sebagian besar program studi yang belum terakreditasi itu ada di perguruan tinggi swasta. Hanya sebagian kecil program studi di perguruan tinggi negeri yang belum terakreditasi, kurang dari lima persen. Umumnya, yang belum terakreditasi pada PTN itu adalah program studi baru.
Dalam proses evaluasi program studi ini, lebih lanjut Fasli mengatakan, seluruh program studi yang belum terakreditasi akan diseleksi. Program studi yang sama sekali tidak berkualitas, akan ditutup.
Namun bagi program studi yang masih memiliki potensi cukup baik, dan hanya belum memenuhi standar minimal akreditasi, maka akan dicarikan pengampunya. Pengampu tersebut adalah program studi pada PTS/PTN yang akreditasinya A. Pengampu tersebut juga yang akan mengeluarkan ijazah.
Setelah diberikan pembinaan satu sampai dua tahun, program studi yang berada di bawah pengampu dapat mengajukan re-akreditasi kembali. "Kalau dapat akreditasi, program studi tersebut bisa mandiri. Tetapi kalau tidak, harus ditutup," jelas Fasli.
Dalam rangka memberikan kesempatan re-akreditasi bagi setiap program studi, Fasli mengatakan, pemerintah telah menyediakan dana cukup besar untuk mendanai akreditasi bagi 3.500 program studi pada tahun 2010. "Sisanya yang belum terakreditasi akan di lanjutkan pada tahun 2011," terangnya.

Sumber: kompas.com


READ MORE - PROGRAM STUDI TIDAK TERAKREDITASI SEGERA DITUTUP

WUIH… SIMULASI UN, DISDIKPORA PELEMBANNG BUTUH RP 3,4 MILIAR!

Diposting oleh Pendidikan | Jumat, Desember 25, 2009

PALEMBANG — Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Palembang Hatta Wazol mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan simulasi UN kepada 23.000 siswa. Simulasi tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 3,4 miliar.
"Dana tersebut digunakan untuk memperbanyak kisi-kisi soal, mencetak lembar jawaban, serta memfasilitisi 260 guru yang bertugas membuat soal dan mengawas," katanya, dihubungi di Palembang, Rabu (23/12/2009).
Menurut Hatta, anggaran tersebut diambil dari operasional dana sekolah gratis masing-masing sekolah yang dialokasikan sebesar Rp 150.000 per siswa. Dia menambahkan, simulasi UN ini hanya berlaku untuk siswa tingkat SMA karena dinilai sangat berat. Namun, kualitas soalnya tidak jauh berbeda dengan UN sesungguhnya.
"Dan sistem pemeriksaannya pun sama dengan pelaksanaan UN," katanya.
Dia menjelaskan, pelaksanaan simulasi ini murni dibiayai dana operasional sekolah sehingga tidak membebankan kepada murid. "Kalau ada sekolah yang mewajibkan murid membayar biaya simulasi silakan laporkan langsung ke dinas dan pihaknya akan menindak tegas," ujarnya.
Hatta menambahkan, pelaksanaan simulasi ini ditargetkan mampu meningkatkan kualitas lulusan tingkat SMA di daerah tersebut. Namun, dukungan dari orangtua untuk anak berprestasi juga sangat penting. Pihaknya berharap, orangtua terus mendorong semangat belajar siswa dan menjaga kesehatan anak sehingga bisa belajar dengan baik.

Sumber: kompas.com


READ MORE - WUIH… SIMULASI UN, DISDIKPORA PELEMBANNG BUTUH RP 3,4 MILIAR!

MANAJEMEN PENDIDIKAN IKUT TENTUKAN MUTU SEKOLAH

Diposting oleh Pendidikan | Kamis, Desember 24, 2009

MEDAN - Peningkatan mutu lulusan sekolah tidak hanya ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah, tetapi juga ditentukan oleh faktor manajemen pendidikan yang diterapkan di lembaga pendidikan tersebut.
Demikian hal tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Bahrumsyah, di Medan, Rabu (23/12/2009), pada seminar pendidikan peningkatan mutu lulusan sekolah melalui menajemen pendidikan yang dilaksanakan oleh Dewan Pendidikan Sumut.
"Manajemen pendidikan itu melibatkan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Saat ini banyak pengawas sekolah yang tidak mengetahui fungsi dan tugasnya, padahal pengawasan itu sangat penting dalam meningkatkan mutu lulusan sekolah," ujar Bahrumsyah.
Dia mengatakan, sekolah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik jika pengawas sekolah tidak mengetahui tugas dan fungsinya sebagai pengawas. Untuk itu, pengawas sekolah juga dituntut untuk terus memperdalam pengetahuannya tentang seluk-beluk dunia pendidikan.
"Saat ini banyak pengawas yang tidak berlatar belakang pendidikan, misalnya, hanya staf administrasi dijadikan sebagai pengawas sekolah atau PNS yang akan memasuki masa pensiun, yang sama sekali tidak pernah berkecimpung di dunia pendidikan," katanya.
Pengawas sekolah, tambah Bahrumsyah, harus mengetahui tentang administrasi sekolah, memiliki skill kepemimpinan, serta yang terpenting adalah faham mengenai manajemen pendidikan.
"Pengawas sekolah tidak hanya mengawasi siswa dan guru, tapi juga mengawasi kepala sekolah beserta kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pengelola sekolah," katanya.
Sementara itu, menurut praktisi pendidikan Sofyan Tan, pengawas sekolah datang ke sekolah bukan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan untuk memberikan masukan yang bisa meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
"Itulah manajemen yang baik. Artinya, pengawas sekolah dituntut menguasai semua permasalahan yang ada di sekolah tersebut dan dapat memberikan solusi terbaik demi menciptakan pendidikan berkualitas," katanya.

Sumber: kompas.com


READ MORE - MANAJEMEN PENDIDIKAN IKUT TENTUKAN MUTU SEKOLAH

INILAH SMA SEMIMILITER PERTAMA DI PALEMBANG

Diposting oleh Pendidikan | Kamis, Desember 24, 2009

PALEMBANG - Kali pertama menginjakkan kaki di kompleks sekolah ini pada Rabu (23/12/2009), nuansa militerisme langsung terasa, yakni para murid yang mengenakan seragam ala militer.
Kepala SMA Taruna Indonesia Palembang Tarmisi Endrianto mengatakan, konsep semimiliter tersebut sebagai sekolah unggulan SMA Plus di Palembang. Dengan begitu, diharapkan para siswa yang dididik berkompetisi bukan hanya mengetahui pendidikan umum seperti SMA lain pada umumnya.
"Melainkan mereka juga dibekali tambahan pendidikan khusus kemiliteran meliputi kedisiplinan dan mentalitas kepemimpinan, wawasan kebangsaan dan moralitas," ujar Tarmizi, yang kelahiran Padang, 3 Desember 1976, ini.
Menurut Tarmizi, SMA Taruna Indonesia Palembang hadir di Palembang pada 31 Maret 2005 dengan Surat Keputusaan Diknas Kota Palembang Nomor: 241.3/372/SK-26.8/PN/05 tanggal 31 Maret 2005, dengan akreditasi B.
Sejak berdiri hingga kini, sekolah yang terletak di Jalan Perindustrian Sukabangun II Palembang ini telah melulusksan 130 siswa dengan dua angkatan. Angkatan pertama 60 orang dan angkatan kedua 70 orang.
Para lulusannya ada yang masuk TNI, Polri, STPDN, dan ada yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sedangkan jumlah murid sekarang yang tengah belajar tercatat sebanyak 204 orang, terdiri 148 siswa putra dan 56 siswa putri.

Langsung dari TNI
Lama pendidikan di sekolah ini tiga tahun dan setiap siswa harus tinggal di asrama. Untuk menunjang proses belajar, kata Tarmizi, sekolah dilengkapi dengan berbagai fasilitas dengan enam ruang kelas, laboratorium kimia, fisika, biologi, dan komputer, mushala, perpustakaan, fasilitas olahraga, dan fasilitas lainnya.
SMA Taruna semimiliter menerima murid pada setiap tahun ajaran baru. Untuk masuk ke SMA ini, jelas Tarmizi, harus melalui beberapa tahapan tes yang meliputi kesehatan, psikotes, tes mental ideologi, tes samapta/jasmani, serta tes akedemik. Para siswa dididik oleh 28 tenaga guru yang terdiri dari lulusan S-1 dan S-2.
"Ditambah lagi dengan tenaga pelatih lapangan langsung dari TNI, yaitu dari satuan Jasmani Kodam II Sriwijaya Kapten Adiputro dan Sertu Inf Nofriyansyah dan Sertu Inf Budi Heriyanto," jelas Tarmizi.
Tentang biaya pendidikan, uang sekolah di SMA Taruna Indonesia sebesar Rp 150.000. Namun, karena telah mendapat bantuan dari pemerintah, kini SPP di sekolah ini hanya Rp 140.000 per bulan dan uang asrama Rp 550.000 per bulan.
"Bulan Februari 2010 sudah mulai dibuka pendaftaran," imbuh Tarmizi.

Sumber: kompas.com
READ MORE - INILAH SMA SEMIMILITER PERTAMA DI PALEMBANG

DOWNLOAD BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 23, 2009

Sekolah Dasar (SD)
1. Belajar B. Indo. itu Menyenangkan; Ismail K., dkk.;
2. Bahasa Indonesia; Umri Nur'aini, Indriyani;
3. Bahasa Indonesia; Kaswan Darmadi, Rita Nirbaya;
4. Bahasa Indonesia; Kaswan Darmadi, Rita Nirbaya;
5. Bahasa Indonesia; Umri Nur'aini, Indriyani;
6. Bahasa Indonesia; Umri Nur'aini, Indriyani;
1. Matematika; Djaelani, Haryono;
2. Senang Matematika; Amin Mustoha, dkk.;
3. Cerdas Berhitung Matematika; Nur F. dkk.;
4. Ayo Belajar Matematika; Burhan M. dkk.;
5. Gemar Matematika; Y.D. Sumanto, dkk.;
6. Gemar Matematika; Y.D. Sumanto, dkk.;
1. Ilmu Pengetahuan Alam; Sri Purwati;
2. Ilmu Pengetahuan Alam; Sri Purwati;
3. Ilmu Pengetahuan Alam; Priyono, dkk.;
4. IPA; Budi Wahyono, Setyo Nurachmandani;
5. IPA Salingtemas; Choiril Azmiyawati, dkk.;
6. Ilmu Pengetahuan Alam; Dwi Suhartanti, dkk.;
1. Ilmu Pengetahuan Sosial; Indrastuti, dkk.;
2. Ilmu Pengetahuan Sosial; Kuswanto, dkk.;
3. Ilmu Pengetahuan Sosial; M. Nursa'ban, dkk.;
4. Ilmu Pengetahuan Sosial; Tantya H.P., dkk.;
5. Ilmu Pengetahuan Sosial; Siti Syamsiyah, dkk.;
6. Ilmu Pengetahuan Sosial; Indrastuti, dkk.;
1. Pend. Kewarganegaraan Smt. 1; Setiati W., Fajar R.;
Pend. Kewarganegaraan Smt. 2; Setiati W., Fajar R.;
2. Pend. Kewarganegaraan; Setiati W., Fajar R.;
3. Pend. Kewarganegaraan; Prayoga B. dkk.;
4. Pend. Kewarganegaraan; Prayoga B. dkk.;
5. Pend. Kewarganegaraan; Setiati W., dkk.;
6. Pend. Kewarganegaraan; Sunarso, Anis K.;
READ MORE - DOWNLOAD BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK

ICW: ATURAN UMUM APBS BELUM ADA, ITU KESALAHAN DEPDIKNAS

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 23, 2009

JAKARTA, - Masalah makro dalam pengelolaan dana pendidikan di sekolah adalah belum adanya aturan umum pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).
Saat ini banyak sekolah tidak memiliki APBS, karena selama ini APBS malah justeru dibuat secara sepihak oleh kepala sekolah atau Dinas Pendidikan (Disdik). Demikian hal itu diungkapkan oleh Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan di Jakarta, Rabu (23/12/2009).
Menurut Ade, masalah APBS tersebut tidak hanya terjadi pada satu atau dua sekolah, tetapi umumnya semua sekolah begitu. Rata-rata sekolah, kata Ade, terbukti hanya membuat APBS secara copy paste dari APBS-APBS sebelumnya.
"Jadi, APBS itu umumnya sekarang cuma bicara uang, tidak mencerminkan kebutuhan sekolah atau menjawab apapun kebutuhan siswa, guru, serta orang tua murid, padahal sejatinya itulah hakikat sekolah," ujarnya.
Ade menuturkan, sepihaknya pembuatan APBS oleh kepala sekolah dan Disdik itu memang bukan kesalahan mereka (kepala sekolah dan Disdik), tetapi kesalahan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Karena, kata Ade, Depdiknas yang seharusnya membuat aturan tersebut.
"Yang tahu betul kebutuhan pendidikan di sekolah itu guru, siswa, dan orang tua murid, sehingga mereka perlu dilibatkan dalam perencanaan dana pendidikan di sekolah. Setelah itu, baru kemudian mereka mengajukan rencana itu ke kepala sekolah dan diteruskan ke Disdik. Selama ini, yang ada adalah sekolah cuma manut saja rencana anggaran seperti apa," ujarnya.
Ade menambahkan, hakikat sekolah adalah menjawab segala kebutuhan siswa, guru dan orang tua murid. Bahwa, siswa berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan orang tua puas dan lega karena mengeluarkan dana pendidikan, sebaliknya guru wajib memberikan pengajaran dengan semestinya sesuai kebutuhan siswa. Hanya, syaratnya, segala kebutuhannya terpenuhi dengan baik.

Sumber: kompas.com

READ MORE - ICW: ATURAN UMUM APBS BELUM ADA, ITU KESALAHAN DEPDIKNAS

ICW: LIBATKAN ORTU MURID DAN GURU MERENCANAKAN DANA PENDIDIKAN

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 23, 2009

JAKARTA - Masalah terbesar sekolah selama ini adalah belum melaporkan dana secara menyeluruh kepada masyarakat. Satu hal yang sering ditemui, sekolah hanya melaporkan dana yang berasal dari orangtua murid.
Demikian hal itu diungkapkan oleh Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan di Jakarta, Rabu (23/12/2009). Ade mengatakan, masalah tersebut terjadi karena selama ini orang tua tidak banyak atau aktif dilibatkan dalam proses perencanaan dan penganggaran dana pendidikan di sekolah.
Terkait itu, ICW tengah melakukan pendampingan pada beberapa Sekolah Percontohan ICW di daerah Tengerang, Banten, dan Garut, Jawa Barat, untuk menyusun anggaran secara partisipatif. Pendampingan dimulai untuk membuat visi dan misi sekolah, tujuan pendidikan, pembuatan program sesuai tujuan pendidikan, membuat kegiatan-kegiatan yang selaras program, serta penentuan anggaran untuk seluruh rangkaian tersebut.
"Orang tua dan guru harus didorong untuk minta uang dari pemerintah, baik itu APBD atau APBN, untuk itu mereka harus dibekali dengan kemampuan teknis membuat perencanaan anggaran," ujar Ade.
Ade mengingatkan, sangat penting orang tua murid dan guru terlibat dalam proses penganggaran/perencanaan anggaran pendidikan di sekolah. "Sayangnya, kita punya masalah makro dalam pengelolaan dana pendidikan di sekolah saat ini, yaitu belum adanya aturan umum pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS)," ujar Ade.
Masalah pertama, lanjut Ade, soal belum adanya aturan umum APBS tersebut. Alhasil, banyak sekolah tidak memiliki APBS, karena selama ini APBS malah dibuat secara sepihak oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan (Disdik).
Hal tersebut menurutnya tidak hanya terjadi pada satu atau dua sekolah, dan rata-rata terbukti APBS hanya copy paste. "Jadi, APBS itu umumnya sekarang cuma bicara uang, tidak mencerminkan kebutuhan sekolah atau menjawab apapun kebutuhan siswa, guru, serta orang tua murid, padahal sejatinya itulah hakikat sekolah," ujarnya. 
Ade menambahkan, hakikat sekolah adalah menjawab segala kebutuhan siswa, guru dan orang tua murid. Bahwa, siswa berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan orang tua puas dan lega karena mengeluarkan dana pendidikan, sebaliknya guru wajib memberikan pengajaran dengan semestinya sesuai kebutuhan siswa. Hanya, syaratnya, segala kebutuhannya terpenuhi dengan baik.

Sumber: kompas.com

READ MORE - ICW: LIBATKAN ORTU MURID DAN GURU MERENCANAKAN DANA PENDIDIKAN

DANA SEKOLAH HARUS TRANSPARAN

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 23, 2009

MALANG— Kebanyakan sekolah di Kota Malang, Jawa Timur, ternyata masih belum memiliki pengelolaan dana pendidikan yang akuntabel dan transparan.
Hasil penelitian Pattiro, sebuah LSM di bidang pendidikan, melatarbelakangi proyek percontohan yang melibatkan 11 sekolah menengah pertama di Kota Malang. Koordinator Pattiro Malang Asiswanto mengatakan, ke-11 sekolah tersebut akan diberi modul untuk diterapkan dalam pengelolaan dana sekolah selama enam bulan ke depan.
”Setelah itu ada tim untuk mengevaluasi sampai sejauh mana mereka sudah tepat melaksanakannya,” kata Asiswanto, Selasa (22/12/2009).
Asis menyebutkan, masalah terbesar sekolah selama ini adalah belum melaporkan dana secara menyeluruh kepada masyarakat. Satu hal yang sering ditemui, sekolah hanya melaporkan dana yang berasal dari orangtua murid.
”Ini kesalahan mendasar karena orangtua murid jadi tidak tahu berapa subsidi yang diberikan pemerintah ke sekolah,” ujar Asis.
Bahkan, Asis menilai, beberapa sekolah masih menganggap masyarakat sebagai pihak "asing". Artinya, selama ini mereka merasa hanya perlu memberikan laporan pertanggungjawaban rutin ke Dinas Pendidikan.
Selain Pattiro, tim evaluasi proyek percontohan sendiri akan melibatkan Dewan Pendidikan Kota Malang. Dalam prosesnya, tiap sekolah nanti akan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga akhirnya menyusun lembar pertanggungjawaban (LPJ) sebagai acuan evaluasi.
Menurut Asis, ke-11 sekolah yang menjadi pilot project tersebut dipilih karena sebelumnya punya track record baik dalam pengelolaan sekolah. Mereka adalah SMPN 3, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 16, 21, SMP Muhammadiyah I, dan SMP Ma’arif II.
"Tiap sekolah punya hal positif yang berbeda-beda dalam mengelola dana. Perbedaan karakter itu kami gabungkan dalam satu modul, lalu dijalankan bersama-sama," kata Asis.
Kepala Sekolah SMPN 21 Hadi Harianto menyambut baik program ini. Ia berharap, hasil program ini menjadi model ideal bagi tiap sekolah dalam pengelolaan dana yang akuntabel dan transparan.
"Masyarakat memang berhak tahu ke mana setiap dana itu mengalir," kata Hadi.
Namun, sayang, pemilihan sekolah bisa dibilang belum bisa mewakili karakter tiap daerah. Ini karena tak satu pun dari 11 sekolah tersebut yang mewakili Kecamatan Lowokwaru. Menurut Asis, SMPN 4 yang sejatinya dipilih untuk mewakili Lowokwaru batal berpartisipasi.
Sumber: kompas.com


READ MORE - DANA SEKOLAH HARUS TRANSPARAN

UN JANGAN LANGGAR HAM

Diposting oleh Pendidikan | Selasa, Desember 22, 2009

JAKARTA - Ujian Nasional (UN) semestinya jangan sampai melanggar hak asasi anak, terutama hak untuk berbicara. Artinya, pemerintah jangan memaksakan kehendak untuk menyelenggarakan UN, tetapi harus mendengar aspirasi anak.”Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, ada hak anak yang mesti dihargai, yakni hak anak untuk berbicara,” kata Johnny Nelson Simanjuntak, Komisioner Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta, Senin (21/12), saat menerima pengaduan dari siswa, guru, dan lembaga masyarakat yang menuntut pemerintah menunda atau menghentikan pelaksanaan UN.Meski demikian, lanjut Johnny, dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) selama ini, aspirasi anak tidak didengarkan. Aspirasi anak diabaikan karena dianggap belum dewasa.
”Pelaksanaan UN itu untuk siapa? Jika untuk anak-anak bangsa, pemerintah mestinya mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dan keluhan mereka,” kata Johnny.
Pendidikan yang menjadi hak anak mestinya diselenggarakan dalam suasana yang kreatif, memacu semangat, dan menyenangkan. ”Bukan sebaliknya, menimbulkan ketakutan, stres, dan bahkan depresi,” katanya.Selain itu, lanjut Johnny, jangan sampai pula UN menyebabkan anak-anak yang tidak lulus ujian kehilangan haknya untuk mendapatkan pendidikan.

Rekomendasi
Menurut Johnny, Komnas HAM telah merekomendasikan dan mendesak Presiden RI agar memerintahkan Mendiknas meninjau ulang penyelenggaraan UN. Rekomendasi lainnya, Komnas HAM mendesak Mendiknas untuk mengambil langkah-langkah konkret dengan meninjau dan atau menghentikan UN.”
Adapun untuk anak-anak korban UN, mereka bisa menuntut diberi hak reparasi, yakni hak untuk dipulihkan,” kata Johnny.
Muja, siswa kelas XII SMAN 6 Depok, mengatakan, untuk menghadapi UN, siswa harus ikut kelas pemantapan yang diselenggarakan sekolah। Siswa tingkat akhir setiap hari masuk lebih awal dari biasanya demi memantapkan kembali materi UN. Sementara itu, Teguh, guru Matematika SMAN 6 Depok, mengatakan, pelajaran tambahan diberikan agar siswa siap menghadapi UN.Tim Advokasi Korban Ujian Nasional (TEKUN) meminta pemerintah mematuhi keputusan Mahkamah Agung. Dalam putusan tersebut, UN diselenggarakan setelah delapan standar pendidikan dipenuhi.

Sumber: kompas.com
READ MORE - UN JANGAN LANGGAR HAM

DALANG BOCAH, TONGKAT ESTAFET TRADISI DAN SEMANGAT MUATAN LOKAL

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 21, 2009

JAKARTA - Gesit. Kendati tubuhnya kecil, kedua tangan bocah berusia 11 tahun itu lincah memperlihatkan kemampuannya memainkan dua tokoh wayang yang tengah berseteru, Dursala dan Gatotkaca.
Tiap keprakan (kendali musik) selalu pas. Meski nafasnya kembang kempis, bocah kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, 14 Juni 1998, itu pun lancar membawakan sulukan (melagukan tembang). Dialognya pun sesekali membuat penonton yang menyaksikannya. terpingkal-pingkal. Prak! Kedua wayang itu pun beradu, berputar seolah melayang-layang di udara, bertempur dengan kesaktiannya.
Gugurnya Dursala oleh kesaktian Gatotkaca dalam lakon "Dursala Gugur" itu menjadi kisah wayang yang dibawakan dengan apik oleh Bayu Gunawan, bocah 11 tahun itu, di hadapan penonton Festival Dalang Bocah 2009 di Gedung Pewayangan Kautaman, TMII, Jakarta, Sabtu (19/12/2009). Para penonton yang terdiri dari anak-anak Sekolah Dasar, guru, juri festival hingga orang tua murid terkagum-kagum dibuatnya.
"Aku mau jadi dalang, makanya sekarang honor mendalang aku tabung buat sekolah. Aku juga sudah punya sepeda dari honor main wayang," ujar Bayu.
Siswa kelas VI SD Inpres 014681 Kisaran, Sumatera Utara, ini mengaku sebulan sekali mendapatkan order mendalang di kitaran tempatnya tinggal. Sekali mendalang Bayu mendapat honor Rp 50 sampai Rp 100 ribu.

Sakit
Sejatinya, tidak serta-merta Bayu menjadi seorang dalang cilik yang piawai macam hari itu. Awalnya, ia hanya bocah yang suka sakit-sakitan dan susah sembuh walaupun sudah dibawa ke dokter.
"Itu waktu dia (Bayu) berumur 2 tahun. Di bawa ke dokter ke sana-kemari tidak juga sembuh. Lho, tahu-tahu, begitu saya sedang mendalang di rumah, dia malah sembuh. Sejak itu, saya selalu membawa dia tiap kali ada panggilan ndalang," ujar Sunadi Jermo Harsono, ayah Bayu, yang seorang pedalang ini.
Beruntungnya, kata Sunadi, masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sidodadi, Kisaran, itu didominasi oleh suku Jawa. Alhasil, kemampuannya mendalang terpakai karena sering terima panggilan. Bayu pun semakin sering diajaknya menemani pentas.
Seiring itu pula, kata Sunadi, Bayu kian keranjingan dengan wayang. Sunadi lalu pelan-pelan mengajarkannya mendalang, mulai dasar-dasar sulukan (melagukan tambang), keprakan (pengendali musik), sabet (memainkan wayang), serta antawecana (membawakan dialog atau cerita).
Begitu pula, tiap kali datang sakit panas atau flu, Bayu sudah tidak perlu lagi ke dokter. Sunadi bilang, putranya itu cukup memegang-megang wayang, penyakit pun seketika hilang.
"Sampai sekarang, tiap jatuh sakit saya cuma main wayang di rumah, kadang-kadang cuma dipegang-pegang saja, nanti sembuh sendiri sakitnya," timpal Bayu.
Kini, Sunadi mengaku bisa berbangga hati, karena kemampuannya sudah menurun pada Bayu, meskipun masih perlu dilatih lagi. Apalagi, Bayu tergolong siswa yang pandai di kelas, karena sejak kelas IV ia selalu mendapatkan rangking pertama.
"Jadi, kalau minta ijin untuk berdalang sudah dibolehkan," ujar lelaki yang masih aktif mendalang di grup wayang dan karawitan Langen Rahayu, Kisaran, Sumatera Utara, ini.

Penghasilan
Bagi bocah seperti Bayu Gunawan, dalang bukan semata hobi. Jika diseriusi, dalang juga bisa mendatangkan uang saku tambahan, yang cukup membantu mengurangi beban ekonomi orang tua. Terlebih penting, menjadi dalang berarti meneruskan tongkat estafet tradisi orang tua, yang juga pendalang, serta melestarikan seni budaya bangsa. 
Dwi Adi Nugroho, dalang bocah yang duduk di bangku kelas II SMP PGRI 12 Pondok Labu, Jakarta Selatan, ini misalnya. Sejak umur 3 tahun, Adi sudah melakoni kegemarannya memainkan wayang dan belajar dari ayahnya, Asman Budi Prayitno.
"Saya belajar dari Bapak yang juga dalang. Dulu, Bapak itu sering mengajak saya kalau mentas keliling Jakarta, termasuk di TMII ini," ujar Adi.
Adi bilang, di matanya wayang itu benda yang lucu dan unik. Dari hanya sekadar suka, belajar menekuni, dan kini piawai memainkannya seperti saat tampil sebagai peserta terakhir Festival Dalang Bocah 2009. Adi membawakan lakon Puntadewa Tandang (gagrak Solo).
Sayangnya, kata Adi, kemampuannya sebagai dalang selama ini lebih banyak hanya didukung oleh keluarga. Kecuali untuk ijin tidak masuk sekolah karena harus "berdinas" sebagai seorang dalang, Adi tidak mendapatkan dukungan dari sekolah seperti misalnya fasilitas atau peralatan, yang selama ini memang mengandalkan miliknya sendiri dan ayahnya.
"Katanya sekolah mau kasih beasiswa, tapi ditunggu-tunggu kok tidak ada kabarnya," ujarnya.
Toh, begitu, lanjut Adi, dirinya tidak berkecil hati. Peraih peringkat Ngabehi pada Temu Dalang Cilik Nusantara III di Solo, Juli 2009 lalu, ini mengaku sedikit-sedikit bisa menabung untuk membantu orang tuanya memenuhi kebutuhannya sendiri. Sekali mendalang, penghasilannya antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000.
"Sekarang saya sudah punya komputer yang saya beli sendiri dari hasil mendalang," ujarnya.
Adi berkisah, kendati suka diejek teman-temannya karena punya predikat sebagai seorang dalang, dirinya tidak pernah malu. Bahkan, Adi bertekad ingin bersekolah sampai tingkat perguruan tinggi untuk memperdalam kemampuannya mendalang.
"Saya enggak pernah malu, apalagi nanti saya mau sekolah di ISI (Institut Seni Indonesia), biar tambah pinter mendalangnya," kata dalang kelahiran 5 Oktober 1995 ini.

Muatan lokal
Setidaknya, melestarikan wayang dan pedalangan memang harus diawali lewat lingkup keluarga pedalang. Pasalnya, bukan tidak ada, tetapi dukungan untuk melestarikan wayang dan pedalangan di kalangan generasi muda selama ini masih kurang kuat.
Sanggar-sanggar seni untuk wayang tidak banyak, bahkan rata-rata kembang kempis hidupnya karena harus membiayai sendiri. Di sekolah, wayang dan dalang pun belum sepenuhnya bisa dijadikan muatan lokal yang bisa diterapkan pada anak didik. 
"Saya bangga karena anak saya mau belajar mendalang dan akhirnya memang bisa, tetapi itu bukan karena bendera saya dilanjutkan, lebih dari itu anak saya akhirnya punya prinsip dalam hidupnya, punya kepribadian, dan mau meneruskan tradisi seni budaya leluhurnya," ujar Ki Sigit Toto Carito, ayah kandung dari dalang bocah perempuan bernama Monik Dwi Rahayu, siswa kelas V SD Katolik Yos Sudarso, Kalimantan Timur.
Sigit mengatakan, sudah saatnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memerhatikan dalang dan wayang sebagai muatan lokal yang bisa dijadikan sebagai pengembangan diri siswa di sekolah. Dalang-dalang bocah, yang rata-rata siswa SD dan SMP ini, sebagai penerus seni tradisi pedalangan dan wayang, pun perlu difasilitasi hobinya untuk bisa menularkan kepada teman-temannya di sekolah.
"Terus terang saya prihatin, kemampuan siswa sekarang lebih dikejar pada iptek, hanya otak kanan, tetapi otak kirinya dilupakan. Lihat saja, pelajaran-pelajaran budi pekerti semakin dibelakangi," tegas dalang yang juga guru olah raga di SD Katolik Yos Sudarso, Balikpapan, Kaltim, ini.
Sigit menambahkan, banyak nilai-nilai moral dan budi pekerti yang bisa ditanamkan pada siswa lewat wayang dan dalang. Salah satunya adalah falsafah betik ketitik olo katoro yang ada dalam karakter cerita-cerita wayang.
"Yaitu, bahwa yang baik dan jahat itu akan terlihat jelas. Nah, sekarang itu kan yang baik itu lebih banyak tidak terlihatnya," ujarnya, terbahak.

Sumber: kompas.com

READ MORE - DALANG BOCAH, TONGKAT ESTAFET TRADISI DAN SEMANGAT MUATAN LOKAL

DALANG MASUK SEKOLAH, APA BISA?

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 21, 2009

JAKARTA - Dio M. Albasit cuma bisa menggeleng ketika ditanya soal cerita yang tengah dimainkan seorang peserta Festival Dalang Bocah 2009 di atas panggung Gedung Pewayangan Kautaman, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (19/12/2009).
Dio jujur mengatakan hal itu. Selain baru pertama kali melihat wayang dimainkan secara langsung di depan matanya, si dalang pun menggunakan bahasa Jawa, sehingga siswa kelas VI SD 01 Ceger, Jakarta Timur, benar-benar semakin tidak mengerti.
"Enggak ngerti, tapi saya suka, soalnya wayang itu lucu," kata Dio.
Sebetulnya, anak itu mengaku, mau juga belajar memainkan wayang atau menjadi dalang. Hanya saja, orang tuanya sendiri nyaris belum pernah mengenalkan padanya ihwal wayang atau dalang. Wayang dikenalnya hanya ketika ke museum atau ke TMII.
"Ke sini ikut guru, karena sekolah kan memang diundang untuk nonton ini," ujarnya.

Sulit
Setidaknya, melestarikan wayang dan pedalangan yang paling mudah memang harus diawali lewat lingkup keluarga pedalang. Pasalnya, bukan tidak ada, tetapi dukungan untuk melestarikan wayang dan pedalangan di kalangan generasi muda selama ini masih kurang kuat, baik dari masyarakat maupun pemerintah.
Sanggar-sanggar seni untuk wayang tidak banyak, bahkan rata-rata kembang kempis karena harus menopang hidupnya sendiri. Di sekolah, wayang dan dalang pun belum sepenuhnya bisa dijadikan muatan lokal yang bisa diterapkan pada anak didik.
"Saya bangga karena anak saya mau belajar mendalang dan akhirnya memang bisa, tetapi itu bukan karena bendera saya dilanjutkan, lebih dari itu anak saya akhirnya punya prinsip dalam hidupnya, punya kepribadian, dan mau meneruskan tradisi seni budaya leluhurnya," ujar Ki Sigit Toto Carito, ayah kandung dari dalang bocah perempuan bernama Monik Dwi Rahayu, siswa kelas V SD Katolik Yos Sudarso, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sigit mengatakan, sudah saatnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memerhatikan dalang dan wayang sebagai muatan lokal yang bisa dijadikan sebagai pengembangan diri siswa di sekolah. Paling tidak, hal itu dilakukan lebih dulu di kitaran Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta.
Dia melanjutkan, dalang-dalang bocah,-- yang rata-rata adalah siswa SD dan SMP, yang tampil di Festival Dalang Bocah 2009 di Gedung Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, sejak 16-19 Desember 2009, merupakan calon-calon generasi penerus seni tradisi pedalangan dan wayang. Mereka perlu difasilitasi hobinya untuk bisa menularkan kepada teman-temannya di sekolah.
Menanggapi hal itu, Kepala SD Lubang Buaya 01, Jakarta Timur, Encep Sopyan, mengaku sangat sulit menjadikan pedalangan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Jakarta. Sekadar untuk melihat pertunjukkan sebagai sebuah pengetahuan, lanjut dia, tentu tidak masalah dan bahkan sangat dianjurkan.
"Kita terima kasih diundang ke sini, anak-anak juga senang, cuma terus terang kalau yang mereka lihat di sini tidak mereka mengerti," ujar Encep.
Encep mengatakan, dalang dan wayang adalah seni budaya lokal atau daerah di daerah-daerah di Pulau Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur atau Yogyakarta. Sementara di Jakarta sendiri masih banyak muatan lokal Betawi yang justeru harus diprioritaskan untuk diterapkan pada siswa.
"Dan mestinya, jika memang perlu diadakan sebagai muatan lokal yang dilestarikan lewat sekolah, pengenalan wayang dan dalang tidak bisa langsung diberikan. Harus menggunakan media boneka. Pelan-pelan, baru menggunakan wayang, biar anak-anak itu senang dulu, tertarik dulu, barulah diberi pemahaman," ujarnya.
Sejauh ini, kata Encep, muatan-muatan lokal yang diterapkan di sekolahnya adalah tari-tarian tradisional daerah dari berbagai provinsi, bukan hanya Betawi. Namun, khusus siswa yang memang punya hobi mendalang, Encep akan menyalurkannya ke TMII yang memiliki wadah untuk mentransfer ilmu tersebut.

Betik ketitik, olo ketoro 
Menurut pengamat yang juga Ketua Dewan Juri Festival Dalang Bocah 2009, Blacius Subono, dari ISI Surakarta, dirinya mengaku gembira melihat perkembangan dalang di kalangan anak yang luar biasa saat ini.
"Mereka sangat potensial dan perlu pembinaan lebih lanjut, baik itu dari kalangan dalang atau bukan dalang. Jangan heran, ada peserta yang berasal dari keluarga Batak yang jauh sekali dari dunia pedalangan ini," ujarnya.
Memang, lanjut dia, tidak dimungkiri bahwa "pelestarian" seni dan budaya wayang dan dalang saat ini masih kuat ditularkan oleh keluarga dalang. Sementara di luar itu, angka partisipasi aktif masih kecil dan perlu digenjot lagi lewat dukungan masyarakat dan pemerintah.
"Seni tradisi itu ada yang tidak komersil dan butuh dukungan demi kemaslahatan umat. Jawa Timur itu bagus sekali dukungan masyarakatnya terhadap seni tradisi, kami yang di Jawa Tengah terus terang iri dengan masyarakat Jawa Timur yang begitu tinggi mengapresiasi seni tradisi," ujar Blacius. 
Blacius menambahkan, sudah saatnya perlu kesepahaman antara para dalang, asosiasi dalang dan pemerintah untuk membawa festival dalang bocah ini ke depan dengan lebih baik untuk tujuan pelestarian. 
"Kalau benar bisa dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah tentu semakin baik dan mempercepat pelestarian dalang dan wayang di kalangan generasi muda," tambahnya.
Senada dengan Blacius, Sigit menyatakan keprihatinannya terhadap pemerintah yang dirasakan masih kurang untuk melestarikan seni budaya dalang dan wayang di kalangan generasi muda.
"Terus terang saya prihatin, kemampuan siswa sekarang lebih dikejar pada iptek, olimpiade ini dan itu, juga ujian nasional (UN). Semua hanya untuk otak kanan, tetapi otak kirinya dilupakan. Lihat saja, pelajaran-pelajaran budi pekerti semakin dibelakangi," tegas dalang yang juga guru olah raga di SD Katolik Yos Sudarso, Balikpapan, Kaltim, ini.
Sigit menambahkan, banyak nilai-nilai moral dan budi pekerti yang bisa ditanamkan pada siswa lewat wayang dan dalang. Salah satunya adalah falsafah betik ketitik olo ketoro di dalam karakter cerita-cerita wayang.
"Yaitu, bahwa yang baik dan jahat itu akan terlihat jelas. Nah, sekarang itu kan yang baik itu lebih banyak tidak terlihatnya," ujarnya, terbahak.
Sumber: kompas.com

READ MORE - DALANG MASUK SEKOLAH, APA BISA?

DALANG MASUK SEKOLAH, APA BISA?

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 21, 2009

JAKARTA - Dio M. Albasit cuma bisa menggeleng ketika ditanya soal cerita yang tengah dimainkan seorang peserta Festival Dalang Bocah 2009 di atas panggung Gedung Pewayangan Kautaman, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (19/12/2009).
Dio jujur mengatakan hal itu. Selain baru pertama kali melihat wayang dimainkan secara langsung di depan matanya, si dalang pun menggunakan bahasa Jawa, sehingga siswa kelas VI SD 01 Ceger, Jakarta Timur, benar-benar semakin tidak mengerti.
"Enggak ngerti, tapi saya suka, soalnya wayang itu lucu," kata Dio.
Sebetulnya, anak itu mengaku, mau juga belajar memainkan wayang atau menjadi dalang. Hanya saja, orang tuanya sendiri nyaris belum pernah mengenalkan padanya ihwal wayang atau dalang. Wayang dikenalnya hanya ketika ke museum atau ke TMII.
"Ke sini ikut guru, karena sekolah kan memang diundang untuk nonton ini," ujarnya.

Sulit
Setidaknya, melestarikan wayang dan pedalangan yang paling mudah memang harus diawali lewat lingkup keluarga pedalang. Pasalnya, bukan tidak ada, tetapi dukungan untuk melestarikan wayang dan pedalangan di kalangan generasi muda selama ini masih kurang kuat, baik dari masyarakat maupun pemerintah.
Sanggar-sanggar seni untuk wayang tidak banyak, bahkan rata-rata kembang kempis karena harus menopang hidupnya sendiri. Di sekolah, wayang dan dalang pun belum sepenuhnya bisa dijadikan muatan lokal yang bisa diterapkan pada anak didik.
"Saya bangga karena anak saya mau belajar mendalang dan akhirnya memang bisa, tetapi itu bukan karena bendera saya dilanjutkan, lebih dari itu anak saya akhirnya punya prinsip dalam hidupnya, punya kepribadian, dan mau meneruskan tradisi seni budaya leluhurnya," ujar Ki Sigit Toto Carito, ayah kandung dari dalang bocah perempuan bernama Monik Dwi Rahayu, siswa kelas V SD Katolik Yos Sudarso, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sigit mengatakan, sudah saatnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memerhatikan dalang dan wayang sebagai muatan lokal yang bisa dijadikan sebagai pengembangan diri siswa di sekolah. Paling tidak, hal itu dilakukan lebih dulu di kitaran Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta.
Dia melanjutkan, dalang-dalang bocah,-- yang rata-rata adalah siswa SD dan SMP, yang tampil di Festival Dalang Bocah 2009 di Gedung Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, sejak 16-19 Desember 2009, merupakan calon-calon generasi penerus seni tradisi pedalangan dan wayang. Mereka perlu difasilitasi hobinya untuk bisa menularkan kepada teman-temannya di sekolah.
Menanggapi hal itu, Kepala SD Lubang Buaya 01, Jakarta Timur, Encep Sopyan, mengaku sangat sulit menjadikan pedalangan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Jakarta. Sekadar untuk melihat pertunjukkan sebagai sebuah pengetahuan, lanjut dia, tentu tidak masalah dan bahkan sangat dianjurkan.
"Kita terima kasih diundang ke sini, anak-anak juga senang, cuma terus terang kalau yang mereka lihat di sini tidak mereka mengerti," ujar Encep.

Encep mengatakan, dalang dan wayang adalah seni budaya lokal atau daerah di daerah-daerah di Pulau Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur atau Yogyakarta. Sementara di Jakarta sendiri masih banyak muatan lokal Betawi yang justeru harus diprioritaskan untuk diterapkan pada siswa.
"Dan mestinya, jika memang perlu diadakan sebagai muatan lokal yang dilestarikan lewat sekolah, pengenalan wayang dan dalang tidak bisa langsung diberikan. Harus menggunakan media boneka. Pelan-pelan, baru menggunakan wayang, biar anak-anak itu senang dulu, tertarik dulu, barulah diberi pemahaman," ujarnya.
Sejauh ini, kata Encep, muatan-muatan lokal yang diterapkan di sekolahnya adalah tari-tarian tradisional daerah dari berbagai provinsi, bukan hanya Betawi. Namun, khusus siswa yang memang punya hobi mendalang, Encep akan menyalurkannya ke TMII yang memiliki wadah untuk mentransfer ilmu tersebut.
Betik ketitik, olo ketoro 
Menurut pengamat yang juga Ketua Dewan Juri Festival Dalang Bocah 2009, Blacius Subono, dari ISI Surakarta, dirinya mengaku gembira melihat perkembangan dalang di kalangan anak yang luar biasa saat ini.
"Mereka sangat potensial dan perlu pembinaan lebih lanjut, baik itu dari kalangan dalang atau bukan dalang. Jangan heran, ada peserta yang berasal dari keluarga Batak yang jauh sekali dari dunia pedalangan ini," ujarnya.
Memang, lanjut dia, tidak dimungkiri bahwa "pelestarian" seni dan budaya wayang dan dalang saat ini masih kuat ditularkan oleh keluarga dalang. Sementara di luar itu, angka partisipasi aktif masih kecil dan perlu digenjot lagi lewat dukungan masyarakat dan pemerintah.
"Seni tradisi itu ada yang tidak komersil dan butuh dukungan demi kemaslahatan umat. Jawa Timur itu bagus sekali dukungan masyarakatnya terhadap seni tradisi, kami yang di Jawa Tengah terus terang iri dengan masyarakat Jawa Timur yang begitu tinggi mengapresiasi seni tradisi," ujar Blacius. 
Blacius menambahkan, sudah saatnya perlu kesepahaman antara para dalang, asosiasi dalang dan pemerintah untuk membawa festival dalang bocah ini ke depan dengan lebih baik untuk tujuan pelestarian. 
"Kalau benar bisa dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah tentu semakin baik dan mempercepat pelestarian dalang dan wayang di kalangan generasi muda," tambahnya.
Senada dengan Blacius, Sigit menyatakan keprihatinannya terhadap pemerintah yang dirasakan masih kurang untuk melestarikan seni budaya dalang dan wayang di kalangan generasi muda.

"Terus terang saya prihatin, kemampuan siswa sekarang lebih dikejar pada iptek, olimpiade ini dan itu, juga ujian nasional (UN). Semua hanya untuk otak kanan, tetapi otak kirinya dilupakan. Lihat saja, pelajaran-pelajaran budi pekerti semakin dibelakangi," tegas dalang yang juga guru olah raga di SD Katolik Yos Sudarso, Balikpapan, Kaltim, ini.
Sigit menambahkan, banyak nilai-nilai moral dan budi pekerti yang bisa ditanamkan pada siswa lewat wayang dan dalang. Salah satunya adalah falsafah betik ketitik olo ketoro di dalam karakter cerita-cerita wayang.
"Yaitu, bahwa yang baik dan jahat itu akan terlihat jelas. Nah, sekarang itu kan yang baik itu lebih banyak tidak terlihatnya," ujarnya, terbahak.
Sumber: kompas.com

READ MORE - DALANG MASUK SEKOLAH, APA BISA?

DIBANGUN PUSAT PELATIHAN DI KAMPUS

Diposting oleh Pendidikan | Senin, Desember 21, 2009

JAKARTA - Pendidikan tinggi didorong untuk menjadi penyumbang meningkatnya jumlah wirausahawan di Indonesia. Untuk itu, pusat-pusat kewirausahaan digalakkan di perguruan tinggi sehingga mampu menumbuhkan budaya kewirausahaan di kalangan kampus dan masyarakat luas.
Demikian dikatakan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam pembukaan Workshop Kewirausahaan Perguruan Tinggi yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Jakarta, Kamis (17/12). ”Dunia pendidikan mesti bisa memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pendidikan entrepreneurship,” ujar Nuh.
Workshop kewirausahaan tersebut menampilkan pelaku usaha, dosen, dan mahasiswa. Pembicara yang didatangkan adalah mereka yang berpengalaman dalam mendorong pendidikan entrepreneurship di Indonesia, antara lain pengusaha Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan Ciputra.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, Agustus 2009, jumlah pengangguran terbuka sekitar 8,7 juta orang atau 7,87 persen dari total angkatan kerja yang jumlahnya 113,83 juta.
Fasli Jalal, Dirjen Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, mengatakan, perguruan tinggi terus didekatkan dengan dunia usaha untuk meningkatkan daya saing nasional dan kemandirian bangsa. Untuk melahirkan wirausahawan muda dari kalangan perguruan tinggi, Dikti meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha sejak tahun ini.
Hendarman, Direktur Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, menjelaskan, pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi melalui beberapa skema. Mulai dari mengucurkan dana ke perguruan tinggi, memberikan modal kepada mahasiswa, memberikan pelatihan dan kesempatan wirausaha bagi mahasiswa, hingga menjalin hubungan dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. 
Sumber: kompas.com


READ MORE - DIBANGUN PUSAT PELATIHAN DI KAMPUS

PESERTA UJIAN NASIONAL DAPAT PILIH MATA PELAJARAN

Diposting oleh Pendidikan | Sabtu, Desember 19, 2009

YOGYAKARTA - Peserta ujian nasional (UN) dapat memilih mata pelajaran yang ingin diulang pada UN ulangan sehingga tidak harus mengulang semua mata pelajaran dengan nilai di bawah 5,50. 
"Semua peserta yang tidak lulus UN, baik UN utama atau UN susulan dapat mengikuti UN ulangan pada seluruh atau sebagian mata pelajaran yang dipilih dengan nilai di bawah 5,5," kata anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Djemari Merdapi di Yogyakarta, Kamis (17/12). 
Menurut dia, seluruh hasil dari UN utama atau susulan dan UN ulangan tersebut akan dicantumkan, dan apabila nanti hasil dari UN ulangan jauh lebih buruk dari UN utama atau susulan, maka nilai yang akan dipakai adalah nilai terbaik. 
Oleh karena itu, kata dia, apabila siswa peserta UN tidak lulus pada UN ulangan maka dapat mengikuti ujian paket yang akan diatur kemudian. "Mereka terpaksa harus pindah status," lanjutnya. 
Djemari menyarankan, untuk memperoleh hasil UN terbaik sehingga menekan banyaknya siswa yang harus mengikuti UN ulangan adalah menempatkan siswa sesuai dengan potensinya. 
"Siswa tidak boleh dipaksa masuk ke jurusan tertentu mengikuti keinginan orang tuanya. Jika potensinya adalah di IPS, maka tidak perlu dipaksa masuk ke jurusan IPA. Nanti hasilnya justru tidak maksimal," katanya. 
Namun demikian, ia menegaskan bahwa UN ulangan tidak akan dilakukan untuk mata ujian praktek seperti yang diujikan di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). 
Peserta UN dinyatakan lulus jika memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk SMK, nilai ujian praktik kejuruan minimal 7.00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN. 
Ia berharap, pemindaian lembar jawaban UN dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yaitu selama tiga pekan mulai hari terakhir pelaksanaan UN sehingga persiapan UN ulangan bisa dilakukan dengan lebih cepat. 
Djemari juga kembali menegaskan bahwa hasil UN bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa dari satuan pendidikan ditentukan oleh satuan pendidikan berdasarkan rapat dewan guru dengan kriteria tertentu seperti lulus ujian sekolah, lulus UN dan memperoleh nilai baik pada kelompok mata pelajara agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika dan olah raga. 
UN utama SMP berlangsung pada 29 Maret-1 April 2010, dengan UN susulan pada 5-8 April 2010 dan UN ulangan pada 17-20 Mei 2010. 
UN utama SMA 22-26 Maret 2010, UN susulan pada 29 Marert-1 April dan 5 April, dengan UN ulangan pada 10-12 Mei dan 14 Mei. 
UN utama SMK dijadwalkan pada 22-25 Maret dengan UN susulan pada 29 Maret-1 April dan UN ulangan pada 10-14 Mei.

Sumber: mediaindonesia.com

READ MORE - PESERTA UJIAN NASIONAL DAPAT PILIH MATA PELAJARAN

TUMBUHKAN KESADARAN KOLEKTIF GEMAR MEMBACA

Diposting oleh Pendidikan | Jumat, Desember 18, 2009

JAKARTA--Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyatakan, urusan pembudayaan membaca tidak bisa diselesaikan hanya dengan undang-undang, tetapi justru harus dikembangkan kesadaran kolektif bagi masyarakat agar gemar membaca.
"Kita itu kekurangan pada kolektivitasnya. Ada orang yang sangat gemar membaca di Indonesia, sangat banyak, tetapi banyaknya itu belum cukup menggerakkan dibandingkan dengan populasi penduduk kita. Paling tidak para pengelola perpustakaan itu semuanya sudah gemar membaca, tapi berapa jumlah orangnya? Tak ada sekian persen dari jumlah populasi. Oleh karena itu, kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif gemar membaca," ujar Mendiknas saat membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12).
Mendiknas menyampaikan, untuk menumbuhkan gemar membaca harus menyiapkan bahan bacaan. Kalau itu berupa buku, kata Mendiknas, maka dipengaruhi oleh bentuk fisik dari buku itu. " Kalau bukunya itu sendiri sudah tidak menarik, maka jangan berharap orang bisa tertarik untuk membacanya," katanya.
Hal kedua yang harus disiapkan, kata Mendiknas, adalah karakter atau huruf dalam bahan bacaan. Di situ pula, lanjut Mendiknas, tentang pentingnya pemberantasan buta huruf. "Orang tidak mungkin mau membaca kalau dia sendiri tidak mengenal karakter dari apa yang mau dibaca," ujarnya.
Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, hal yang ketiga, yang sangat substantif, adalah isi dari buku itu sendiri. "Menjadi tantangan bagi para penulis kita termasuk kita semua untuk membiasakan menulis dan isi dari tulisan itu harus bisa memberikan pencerahan dan pencerdasan bagi kita semua," katanya.
Sementara, kata Mendiknas, jika dilihat dari sisi pembaca, seseorang akan gemar membaca adalah bukan karena paksaan. Untuk itu, lanjut dia, yang tidak boleh dilupakan adalah menumbuhkan ketertarikan. ''Oleh karena itu, kita bangun kesadaran bersama-sama, kita ajak kawan-kawan untuk membiasakan menulis dan menyiapkan bahan bacaan secara atraktif dan menarik," jelasnya. ey

Sumber: republika.co.id

READ MORE - TUMBUHKAN KESADARAN KOLEKTIF GEMAR MEMBACA

PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

Diposting oleh Pendidikan | Jumat, Desember 18, 2009

Bandung - Berbagai fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah menjadi hal yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi. Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan kehendak satu kelompok terhadap kelompok lain dianggap biasa. Hukum begitu jeli pada kesalahan, tetapi buta pada keadilan. 
Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni kelompok-kelompok baru yang saling mengalahkan. Apakah pendidikan telah kehilangan sebagian fungsi utamanya? Berkaca pada kondisi ini, sudah sepantasnya jika kita bertanya secara kritis, inikah hasil dari proses pendidikan yang seharusnya menjadi alat transformasi nilai-nilai luhur peradaban? Jangan-jangan pendidikan telah teredusir menjadi alat yang secara mekanik hanya menciptakan anak didik yang pintar menguasai bahan ajar untuk sekedar lulus ujian nasional. Kalau betul begitu, pendidikan sedang memperlihatkan sisi gelapnya. 
Padahal, pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang dibangun pun menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dalam fondasi yang amat lemah. 
Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja-sama, patuh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Ketidakteraturan sosial menghasilkan berbagai bentuk tindak kriminal, kekerasan, terorisme dan lain-lain. 
Oleh karena itu, pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern. Menurut M Dawam Raharjo, peradaban modern dibangun dalam empat pilar utama, yakni induk budaya (mother culture) agama yang kuat, sistem pendidikan yang maju, sistem ekonomi yang berkeadilan serta majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Sebenarnya keempat pilar tersebut sudah dimiliki Indonesia, tinggal bagaimana keempat hal tersebut berjalan secara fungsional melalui pendidikan. 

Mengembangkan karakter 
Salah satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun karakter (character building) anak didik. Karakter merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku. Bentuk-bentuk karakter yang dikembangkan telah dirumuskan secara berbeda. 
Indonesia Heritage Foundation merumuskan beberapa bentuk karakter yang harus ada dalam setiap individu bangsa Indonesia di antaranya; cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan. 
Sementara itu, character counts di Amerika mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; dapat dipercaya (trustworthiness), rasa hormat dan perhatian (respect), tanggung jawab (responsibility), jujur (fairness), peduli (caring), kewarganegaraan (citizenship), ketulusan (honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan integritas. 
Pada intinya bentuk karakter apa pun yang dirumuskan tetap harus berlandaskan pada nilai-nilai universal. Oleh karena itu, pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu merupakan usaha intensional dan proaktif dari sekolah, masyarakat dan negara untuk mengisi pola pikir dasar anak didik, yaitu nilai-nilai etika seperti menghargai diri sendiri dan orang lain, sikap bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri. Hal itu memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan concern dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat. 
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan tersebut seharusnya menjadi dasar dari kurikulum sekolah yang bertujuan mengembangkan secara berkesinambungan dan sistematis karakter siswa. Kurikulum yang menekankan pada penyatuan pengembangan kognitif dengan pengembangan karakter melalui pengambilan perspektif, pertimbangan moral, pembuatan keputusan yang matang, dan pengetahuan diri tentang moral. 
Di samping nilai tersebut diintegrasikan dalam kurikulum, juga yang tidak kalah penting adalah adanya role model yang baik dalam masyarakat untuk memberikan contoh dan mendorong sifat baik tertentu atau ciri-ciri karakter yang diinginkan, seperti kejujuran, kesopanan, keberanian, ketekunan, kesetiaan, pengendalian diri, simpati, toleransi, keadilan, menghormati harga diri individu, tanggung jawab untuk kebaikan umum dan lain-lain. 
Lebih spesifiknya, menurut Dr Thomas Lickona, pendidikan yang mengambangkan karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu anak didik supaya mengerti, memedulikan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Anak didik bisa menilai mana yang benar, sangat memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai yang benar--walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. 

Peranan lingkungan 
Sementara itu, upaya pendidikan yang dilakukan di sekolah oleh para guru seperti membuat 'istana pasir di tepi pantai'. Sekolah dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi begitu anak keluar dari lingkungan sekolah, ombak besar meluluhlantakkan istana yang telah dibangun di sekolah. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan karakter anak didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten. 
Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan, pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menjadi role model yang baik dalam menanamkan karakter yang baik kepada anaknya. Berbagai prilaku ambigu dan inkonsistensi yang diperlihatkan dalam masyarakat akan memberi kontribusi yang buruk yang secara signifikan dapat melemahkan karakter siswa. 
Banyak kebijakan dalam pendidikan yang justru kontraproduktif terhadap pengembangan karakter siswa. Sebut saja misalnya kebijakan ujian nasional (UN) yang dipercaya dapat menggenjot motivasi siswa untuk belajar supaya lulus UN. Kebijakan tersebut justru mengarah pada praksis pendidikan yang melahirkan peraturan dan sistem yang berbasis pada model reward and punishment. Model seperti itu hanya akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat sementara dan terbatas, tapi hanya sedikit bahkan tidak memberikan pengaruh pada pembentukan karakter anak untuk jangka panjang. 
Bahkan kalau kita amati pada tataran pelaksanaan UN di lapangan, begitu banyak praktik penyelewengan dan kecurangan yang bertentangan dengan prinsip pendidikan itu sendiri. Hal itu justru yang akan merusak karakter anak didik yang sudah sekian lama diusahakan dibangun dalam lingkungan sekolah. Hilangnya nilai-nilai kejujuran, integritas, dapat dipercaya adalah harga yang harus dibayar dalam praksis pendidikan yang menegasikan karakter positif anak didik. 
Saya sepakat dengan character education quality standards yang merekomendasikan bahwa pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan karakter dan setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama. 

Oleh: Aan Hasanah, Pengamat pendidikan dan dosen UIN Bandung
Sumber: mediaindonesia.com

READ MORE - PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

BANYAK GURU YANG MASIH MENDIKTE

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 16, 2009

TARAKAN, — Masih banyak guru yang belum bisa membuat Rencana Pengembangan Pembelajaran (RPP) untuk menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman mengajarnya.
Demikian diungkapkan pemerhati pendidikan, Anita Lie, yang menjadi fasilitator dalam Lokakarya Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Angkatan V-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation di Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (15/12/2009).
Kegiatan yang memasuki tahap ketiga atau akhir pelatihan ini diikuti oleh 10 kepala sekolah serta 9 guru SMP dan SD dari wilayah Kabupaten Tarakan, Kaltim. "Untuk itu, kami melatih mereka agar bisa mengatasi kendala di lapangan, yaitu meningkatkan kreativitas mereka dalam memberikan materi ajar," ujar Anita yang juga Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya, ini.
Khususnya guru-guru di pedalaman Kaltim seperti di wilayah Nunukan, kata Anita, alam atau lingkungan di sekitar sekolah bisa dijadikan bahan ajar yang bermanfaat dengan kreativitasnya. Karena di pedalaman, guru tidak bisa terlalu berharap dan hanya mengandalkan fasilitas yang ada di sekolah yang selama ini sangat minim.
Di tahap pertama, para guru dan kepala sekolah tersebut diberikan pembekalan materi tentang cara membuat RPP. Selama 5 sampai 6 bulan kemudian, para guru dan kepala sekolah itu menerapkan materi-materi tersebut kepada siswa. "Ditahap kedua kami kunjungi mereka dan melihat langsung cara mereka mempraktikkannya, kita ingin lihat benarkah mereka melakukan metode yang kami berikan," tutur Anita.
Anita menyayangkan bahwa tidak semua peserta melakukannya. Ia akui, hal tersebut memang tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan karena jangankan di pedalaman, di kota besar pun banyak guru masih menerapkan cara mengajar yang mendikte.
"Minimal ada perubahan pada cara mengajar mereka, itu tolak ukur keberhasilan pelatihan ini bahwa mereka tidak semata mendikte siswa atau membuat siswa hanya menyalin materi yang diambil mentah-mentah oleh guru dari KTSP," ujar Anita.

Sumber: kompas.com
READ MORE - BANYAK GURU YANG MASIH MENDIKTE

DICARI, 50 ORANG PENEMU LUAR BIASA

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 16, 2009

JAKARTA,  — Guna merangsang tumbuhnya penelitian-penelitian bermutu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional terus memberikan penghargaan pada peneliti yang menghasilkan temuan-temuan yang berimplikasi luar biasa. Pada tahun 2010, sebanyak 50 peneliti terbaik, baik pribadi maupun lembaga, di negeri ini akan mendapat hadiah masing-masing Rp 50 juta.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Dikti Depdiknas Fasli Jalal saat membuka Seminar Hasil Pelaksanaan Penelitian bagi Peneliti dan Perekayasa Sesuai Prioritas Nasional Tahun 2009, Jakarta, Selasa (15/12/2009). "Itu refleksi dari cara kita menghargai orang-orang yang berprestasi luar biasa. Ternyata banyak juga orang Indonesia yang berprestasi luar biasa. Kita saja yang belum mencari dan memberi penghargaan pada mereka," kata Fasli.
Fasli menyampaikan, selama tahun 2009 Depdiknas bekerja sama dengan berbagai departemen telah memberikan hadiah kepada 21 penemu yang layak disebut dengan label inventor. Sementara pada 2010, Fasli mengatakan, selama setahun penuh akan digunakan untuk tahap pengumuman.
"Baru tahun 2011 kita berikan (hadiah) di awal-awal di bulan ketiga," ujarnya.
Acara seminar yang berlangsung mulai 15-16 Desember ini mempresentasikan hasil penelitian dari 171 peneliti yang merupakan pemenang dari seleksi hibah penelitian. Fasli menyebutkan, mereka berasal dari berbagai badan penelitian dan pengembangan departemen dan badan-badan di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), seperti LIPI, BPPT, LAPAN, BATAN, dan Bakosurtanal. Dari 7.900 tim yang terdaftar dan 5.004 tim yang mengajukan penelitian, terpilih 10 tim terbaik yang mewakili 25 lembaga.
"Jadi misalnya di Balitbang Departemen Pertanian dari 1.300 peneliti yang terlibat dipilih hanya 10 tim yang mewakili mereka di sini. Kemudian dari LIPI dari 1.111 peneliti terpilih hanya 10 tim yang menyajikan penelitiannya di sini," kata Fasli.
Fasli menyebutkan, rujukan penelitian di antaranya adalah ketahanan pangan, transportasi, dan energi alternatif. Di samping itu, penelitian humaniora, antropologi, good governance, dan transmigrasi.


Sumber: kompas.com

READ MORE - DICARI, 50 ORANG PENEMU LUAR BIASA

BERLAKUKAN ROK PANJANG UNTUK SISWI

Diposting oleh Pendidikan | Rabu, Desember 16, 2009

SUKABUMI - Komisi III DPRD Kota Sukabumi meminta Dinas Pendidikan (Disdik) setempat menerapkan penggunaan rok panjang pada seragam sekolah siswi SMP untuk meminimalisasi kasus kenakalan remaja.
"Kami minta Disdik segera menerapkan penggunaan rok panjang pada seragam siswi SMP," kata Ketua Komisi III DPRD Kota Sukabumi, Yayan Suryana, di Sukabumi, Selasa.
Permintaan dewan tersebut terkait permasalahan banyaknya pelajar Sukabumi yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Data dari Gerakan Narkoba dan AIDS (GPNA) Kota Sukabumi, menyebutkan, 25 persen dari 239 PSK langsung di Kota Sukabumi, Jawa Barat, berasal dari kaum pelajar yang disebabkan oleh keinginan hidup mewah.
Menurut Yayan, dengan adanya penggunaan pakaian yang menutupi aurat kaum wanita remaja ini paling tidak bisa meminimalisasi kasus kenakalan remaja di Kota Sukabumi. "Ini hal kecil, namun secara perlahan akan mempengaruhi moral siswa nantinya," tuturnya.
Selain itu, pembenahan akidah pelajar baik di sekolah maupun di rumah harus terus diperbaiki, baik oleh orangtua maupun guru. Sementara itu, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Sukabumi juga mendukung agar semua siswi, baik SMP maupun SMA di Kota Sukabumi menggunakan rok panjang.
"Pakaian yang menutupi aurat paling tidak dapat menimalisir kenakalan remaja," kata wakil Ketua GOW, Hj Juliana.
Ia mengaku prihatin dengan kondisi remaja saat ini, dimana mereka bebas bergaul dengan bebas menggunakan pakaian seenaknya."Disdik harus segera menerapkan penggunaan rok panjang agar permasalahan kenakalan remaja ini bisa diatasi. Guru dan orangtua juga harus menanamkan anaknya soal agama, sehingga akidahnya kuat," ucapnya.
Sumber: kompas.com

READ MORE - BERLAKUKAN ROK PANJANG UNTUK SISWI