JAKARTA--Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyatakan, urusan pembudayaan membaca tidak bisa diselesaikan hanya dengan undang-undang, tetapi justru harus dikembangkan kesadaran kolektif bagi masyarakat agar gemar membaca.
"Kita itu kekurangan pada kolektivitasnya. Ada orang yang sangat gemar membaca di Indonesia, sangat banyak, tetapi banyaknya itu belum cukup menggerakkan dibandingkan dengan populasi penduduk kita. Paling tidak para pengelola perpustakaan itu semuanya sudah gemar membaca, tapi berapa jumlah orangnya? Tak ada sekian persen dari jumlah populasi. Oleh karena itu, kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif gemar membaca," ujar Mendiknas saat membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12).
Mendiknas menyampaikan, untuk menumbuhkan gemar membaca harus menyiapkan bahan bacaan. Kalau itu berupa buku, kata Mendiknas, maka dipengaruhi oleh bentuk fisik dari buku itu. " Kalau bukunya itu sendiri sudah tidak menarik, maka jangan berharap orang bisa tertarik untuk membacanya," katanya.
Hal kedua yang harus disiapkan, kata Mendiknas, adalah karakter atau huruf dalam bahan bacaan. Di situ pula, lanjut Mendiknas, tentang pentingnya pemberantasan buta huruf. "Orang tidak mungkin mau membaca kalau dia sendiri tidak mengenal karakter dari apa yang mau dibaca," ujarnya.
Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, hal yang ketiga, yang sangat substantif, adalah isi dari buku itu sendiri. "Menjadi tantangan bagi para penulis kita termasuk kita semua untuk membiasakan menulis dan isi dari tulisan itu harus bisa memberikan pencerahan dan pencerdasan bagi kita semua," katanya.
Sementara, kata Mendiknas, jika dilihat dari sisi pembaca, seseorang akan gemar membaca adalah bukan karena paksaan. Untuk itu, lanjut dia, yang tidak boleh dilupakan adalah menumbuhkan ketertarikan. ''Oleh karena itu, kita bangun kesadaran bersama-sama, kita ajak kawan-kawan untuk membiasakan menulis dan menyiapkan bahan bacaan secara atraktif dan menarik," jelasnya. ey
"Kita itu kekurangan pada kolektivitasnya. Ada orang yang sangat gemar membaca di Indonesia, sangat banyak, tetapi banyaknya itu belum cukup menggerakkan dibandingkan dengan populasi penduduk kita. Paling tidak para pengelola perpustakaan itu semuanya sudah gemar membaca, tapi berapa jumlah orangnya? Tak ada sekian persen dari jumlah populasi. Oleh karena itu, kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif gemar membaca," ujar Mendiknas saat membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12).
Mendiknas menyampaikan, untuk menumbuhkan gemar membaca harus menyiapkan bahan bacaan. Kalau itu berupa buku, kata Mendiknas, maka dipengaruhi oleh bentuk fisik dari buku itu. " Kalau bukunya itu sendiri sudah tidak menarik, maka jangan berharap orang bisa tertarik untuk membacanya," katanya.
Hal kedua yang harus disiapkan, kata Mendiknas, adalah karakter atau huruf dalam bahan bacaan. Di situ pula, lanjut Mendiknas, tentang pentingnya pemberantasan buta huruf. "Orang tidak mungkin mau membaca kalau dia sendiri tidak mengenal karakter dari apa yang mau dibaca," ujarnya.
Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, hal yang ketiga, yang sangat substantif, adalah isi dari buku itu sendiri. "Menjadi tantangan bagi para penulis kita termasuk kita semua untuk membiasakan menulis dan isi dari tulisan itu harus bisa memberikan pencerahan dan pencerdasan bagi kita semua," katanya.
Sementara, kata Mendiknas, jika dilihat dari sisi pembaca, seseorang akan gemar membaca adalah bukan karena paksaan. Untuk itu, lanjut dia, yang tidak boleh dilupakan adalah menumbuhkan ketertarikan. ''Oleh karena itu, kita bangun kesadaran bersama-sama, kita ajak kawan-kawan untuk membiasakan menulis dan menyiapkan bahan bacaan secara atraktif dan menarik," jelasnya. ey
Sumber: republika.co.id