TARAKAN, — Masih banyak guru yang belum bisa membuat Rencana Pengembangan Pembelajaran (RPP) untuk menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman mengajarnya.
Demikian diungkapkan pemerhati pendidikan, Anita Lie, yang menjadi fasilitator dalam Lokakarya Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Angkatan V-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation di Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (15/12/2009).
Kegiatan yang memasuki tahap ketiga atau akhir pelatihan ini diikuti oleh 10 kepala sekolah serta 9 guru SMP dan SD dari wilayah Kabupaten Tarakan, Kaltim. "Untuk itu, kami melatih mereka agar bisa mengatasi kendala di lapangan, yaitu meningkatkan kreativitas mereka dalam memberikan materi ajar," ujar Anita yang juga Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya, ini.
Khususnya guru-guru di pedalaman Kaltim seperti di wilayah Nunukan, kata Anita, alam atau lingkungan di sekitar sekolah bisa dijadikan bahan ajar yang bermanfaat dengan kreativitasnya. Karena di pedalaman, guru tidak bisa terlalu berharap dan hanya mengandalkan fasilitas yang ada di sekolah yang selama ini sangat minim.
Di tahap pertama, para guru dan kepala sekolah tersebut diberikan pembekalan materi tentang cara membuat RPP. Selama 5 sampai 6 bulan kemudian, para guru dan kepala sekolah itu menerapkan materi-materi tersebut kepada siswa. "Ditahap kedua kami kunjungi mereka dan melihat langsung cara mereka mempraktikkannya, kita ingin lihat benarkah mereka melakukan metode yang kami berikan," tutur Anita.
Anita menyayangkan bahwa tidak semua peserta melakukannya. Ia akui, hal tersebut memang tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan karena jangankan di pedalaman, di kota besar pun banyak guru masih menerapkan cara mengajar yang mendikte.
"Minimal ada perubahan pada cara mengajar mereka, itu tolak ukur keberhasilan pelatihan ini bahwa mereka tidak semata mendikte siswa atau membuat siswa hanya menyalin materi yang diambil mentah-mentah oleh guru dari KTSP," ujar Anita.
Demikian diungkapkan pemerhati pendidikan, Anita Lie, yang menjadi fasilitator dalam Lokakarya Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Angkatan V-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation di Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (15/12/2009).
Kegiatan yang memasuki tahap ketiga atau akhir pelatihan ini diikuti oleh 10 kepala sekolah serta 9 guru SMP dan SD dari wilayah Kabupaten Tarakan, Kaltim. "Untuk itu, kami melatih mereka agar bisa mengatasi kendala di lapangan, yaitu meningkatkan kreativitas mereka dalam memberikan materi ajar," ujar Anita yang juga Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya, ini.
Khususnya guru-guru di pedalaman Kaltim seperti di wilayah Nunukan, kata Anita, alam atau lingkungan di sekitar sekolah bisa dijadikan bahan ajar yang bermanfaat dengan kreativitasnya. Karena di pedalaman, guru tidak bisa terlalu berharap dan hanya mengandalkan fasilitas yang ada di sekolah yang selama ini sangat minim.
Di tahap pertama, para guru dan kepala sekolah tersebut diberikan pembekalan materi tentang cara membuat RPP. Selama 5 sampai 6 bulan kemudian, para guru dan kepala sekolah itu menerapkan materi-materi tersebut kepada siswa. "Ditahap kedua kami kunjungi mereka dan melihat langsung cara mereka mempraktikkannya, kita ingin lihat benarkah mereka melakukan metode yang kami berikan," tutur Anita.
Anita menyayangkan bahwa tidak semua peserta melakukannya. Ia akui, hal tersebut memang tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan karena jangankan di pedalaman, di kota besar pun banyak guru masih menerapkan cara mengajar yang mendikte.
"Minimal ada perubahan pada cara mengajar mereka, itu tolak ukur keberhasilan pelatihan ini bahwa mereka tidak semata mendikte siswa atau membuat siswa hanya menyalin materi yang diambil mentah-mentah oleh guru dari KTSP," ujar Anita.
Sumber: kompas.com