READ MORE - UASBN SD 2008/2009 dan 2009/2010
Latar belakang keluarganya membuatnya mencintai ilmu hadis. Ayah Imam Bukhari, Ismail pada zamannya dikenal sebagai seorang ahli hadis. Sebagai tokoh hadis, ayahnya beruntung memiliki hubungan yang dekat dengan Imam Malik, Muhammad bin Zaid, dan Abdullah bin Mubarok. Mereka adalah tokoh-tokoh ilmu hadis yang berpengaruh.
Menurut cerita, ketika masih di usia kanak-kanak, Imam Bukhari mengalami kebutaan. Ibunya yang sangat saleh dan taat selalu menjalankan salat malam dan berdoa kepada Allah swt. meminta kesembuhan bagi anaknya. Karena ketulusan dan keikhlasannya dalam berdoa, kemudian Allah swt. mengabulkan permohonan ibunya. Didasarkan kepada cerita ibunya bahwa dirinya lewat mimpi diberitahu oleh Nabi Ibrahim a.s., bahwa Allah telah mengabulkan doanya karena ketulusan dan keikhlasannya dalam berdoa.
Imam Bukhari menjalani masa kanak-kanaknya sebagai yatim. Ayahnya Ismail meninggalkannya ketika dia masih kanak-kanak. Imam Bukhari tumbuh dan besar dalam asuhan dan kasih sayang ibunya.
Ketika usianya menginjak usia 16 tahun, Imam Bukhari telah berhasil menghafal buku karya Imam Waki dan Abdullah bin Mubarak. Dia kemudian menunaikan haji ke Mekah bersama kakak perempuan dan ibunya. Dia tinggal di Mekah selama dua tahun kemudian pergi ke kota Madinah. Guru tempat Imam Bukhari menimba ilmu antara lain Ishak bin Rahwi dan Ali al Madaini.
Di kota Madinah, Imam Bukhari rajin mendatangi makam Rasulullah saw. dan berdoa di sana. Setiap malam dengan disinari cahaya rembulan, dia menulis buku hadis. Buku yang ditulisnya berjudul Qadlaya as Shabat wat Tabi’in dan buku Tarikh al Kabir. Kedua buku itu ditulis hingga selesai dengan cahaya sinar rembulan.
Menurut beberapa riwayat bahwa karyanya yang sangat monumental dan dikagumi banyak kalangan ahli hadis, yaitu buku al Jami Shahih Bukhari juga ditulis di Masjidilharam, Mekah. Yakni, ketika Imam al Bukhari tinggal di kota Mekah.
Karya besar dan monumental itu juga ditulis tidak saja dengan kerja keras dan kehati-hatian, tetapi lebih dari itu Imam Bukhari selalu menjaga dirinya dalam kondisi suci. Suci dalam pengertian memiliki wudu. Satu per satu hadis-hadis yang jumlahnya puluhan ribu diteliti dan dipelajari menurut standar dan ukuran yang dia buat. Hanya hadis yang benar-benar sahih dan datang dari Rasulullah saw. dengan urut-urutan sanad dan matan yang benar yang dapat diterima.
Sanad adalah orang-orang yang diceritakan mendengar sabda atau perkataan Rasulullah saw.. Sedangkan matan adalah isi atau perkataan Rasulullah saw.. Jika hadis itu setelah diteliti dan dipelajari benar-benar sahih, barulah dikompilasikan atau dituliskan. Dimasukkan ke dalam karyanya sesuai dengan bab atau subjek masalahnya.
Salah satu kepribadian dan sikap hidupnya adalah tidak mau mendekati penguasa dan orang-orang kaya. Dia hidup dengan kesederhanaan dan mengabdi kepada ilmu pengetahuan, mengajarkan hadis. Demi mendapatkan hadis dia rela melakukan perjalanan yang sangat sulit dan jauh. Sepanjang hidupnya, dia telah mengunjungi banyak kota untuk mendapatkan hadis, di antaranya Syiria dan Mesir.
Dikisahkan, suatu hari gubernur Bukhara meminta Imam Bukhari agar setiap hari mendatangi kediamannya untuk mengajari anaknya. Akan tetapi, Imam Bukhari menolak tawaran tersebut. Dia lebih suka mengajarkan ilmunya kepada orang banyak. Dalam jawaban penolakannya kepada gubernur Bukhara, Imam Bukhari berkata, ”Saya lebih menghormati kepada ilmu daripada kepada orang. Karena yang membutuhkan ilmu adalah orang, bukan ilmu yang membutuhkan orang.”
Mendengar penolakan Imam Bukhari, sang gubernur kemudian membuat permintaan kedua kepada Imam Bukhari agar mau mengajarkan anaknya. Akan tetapi, jawaban yang diberikan tidak berbeda dengan yang pertama. Rupanya penolakan itu telah membuat sang gubernur tersinggung dan marah. Maka, Imam Bukhari pun diperintahkan agar keluar dari kota Bukhara.
Imam hadis yang terkenal ini meninggal pada tahun 256 H di kota Samarkand. Saat itu dia berusia 62 tahun dan sedang melakukan sebuah perjalanan.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Seperti Imam Bukhari pendahulunya, Imam Muslim juga sering melakukan perjalanan mengunjungi kota-kota besar Islam untuk mengumpulkan hadis-hadis. Dia menghabiskan sepanjang hidupnya hanya untuk mempelajari dan memperdalam hadis. Setelah mengunjungi banyak kota dan belajar di berbagai tempat dan pusat kajian, dia kemudian kembali ke kota kelahirannya Nishapur. Di sinilah Imam Muslim menghabiskan seluruh sisa hidupnya mengajar hadis.
Kota kelahiran Imam Muslim, Nishapur menjelang abad 3 H atau 9 M dikenal sebagai kota ilmu pengetahuan agama. Kota itu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan keilmuan agama. Di kota ini terdapat beberapa tokoh yang sangat terkenal, seperti Imam Rahiwe dan Imam Zuhri.
Imam Muslim sangat tertarik dengan kepribadian Imam Bukhari, tokoh dan ulama hadis yang menghasilkan karya al Jami as Shahih Bukhari. Dia benar-benar kagum dengan kepribadian dan keluasan Imam Bukhari dalam hal hadis. Imam Muslim juga mengagumi seorang tokoh hadis yang masyhur pada zamannya. Dia adalah Muhammad bin Yahya al Dhuli.
Imam Muslim tercatat aktif menghadiri majelis al Dhuli untuk menimba ilmu hadis darinya. Nama Imam Muslim kemudian menjadi tersebar dan dikenal sebagai ulama hadis. Dia pun beberapa kali pernah diundang untuk memberikan ceramah hadis di kota Baghdad. Imam Muslim terakhir kali mengunjungi kota Baghdad dua tahun sebelum dia wafat.
Ada sejumlah nama guru-guru hadis di mana Imam Muslim pernah menimba ilmu darinya, di antaranya Imam Bukhari, Imam bin Hambal, Abdullah al Qarri, Qutaiba bin Said, Abdullah bin Maslama, dan beberapa tokoh hadis lainnya.
Salah satu kepribadian dan akhlak menonjol yang dimiliki Imam Muslim adalah dia sangat taat berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama. Menurut cerita, Imam Muslim tidak pernah berdusta dan tidak mau terlibat atau menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Dia juga diakui oleh teman-teman sezamannya, bahwa Imam Muslim tidak pernah melontarkan kata-kata tidak sopan.
Imam Muslim menulis sebuah karya dalam bidang hadis yang berjudul al Jami Shahih Muslim. Bukunya diakui banyak kalangan termasuk oleh Imam Nawawi seorang ulama hadis terkenal, bahwa kualitas karyanya sangat tinggi. Meskipun demikian, karya Imam Muslim diposisikan pada urutan kedua setelah Imam Bukhari.
Ada perbedaan antara karya Imam Bukhari, al Jami Shahih Bukhari dengan karya Imam Muslim, al Jami Shahih Muslim. Imam Bukhari dalam karyanya selain membuat bab-bab sesuai dengan permasalahanya juga membuat penafsiran hukum. Hal ini kadang membuatnya lebih rumit dibanding karya Imam Muslim. Karya Imam Muslim disusun secara berurutan sesuai dengan subjek permasalahan yang jumlahnya delapan subjek.
Dalam karya tersebut, Imam Muslim hanya mengonsentrasikan dan memfokuskan subjek-subjek itu saja dengan membuat kompilasi hadis-hadis sahih, tanpa ada pembuatan atau penarikan hukum. Imam Muslim meninggal pada tahun 261 H. Usianya 53 tahun, seluruhnya dia abdikan untuk mengajarkan dan menyebarkan hadis. Sebuah bidang ilmu agama yang sangat dia gemari.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Abu Hanifah belajar ilmu-ilmu agama dari seorang ulama terkenal bernama Hammad bin Abi Sulaiman dan ulama Mekah serta Madinah. Abu Hanifah tinggal di kota Kufah di mana semangat berpikir rasional yang dipengaruhi kegiatan keilmuan di kota sangat kuat. Kota Kufah letaknya jauh dari Mekah dan Madinah yang banyak terdapat ahli hadis. Oleh karena itu, penafsiran hukum yang dilakukan Abu Hanifah lebih banyak dipengaruhi oleh ijtihad dengan menggunakan pikiran atau ar ra’yu.
Sebagai seorang ulama, Imam Abu Hanifah dikenal sangat tegas dalam pendirian. Dia tidak takut mengatakan yang benar di depan penguasa. Abu Hanifah hidup pada dua masa dinasti yang berbeda, hidup pada masa Dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbasiyah.
Imam Abu Hanifah masyhur sebagai ulama yang tidak tinggal diam ketika melihat kezaliman. Tidak dapat tenang melihat kejahatan merajalela. Dia juga dikenal sebagai pendukung ahlul bait, yakni keturunan Ali r.a..
Seperti diketahui bahwa para penguasa Dinasti Bani Umayyah sangat membenci keturunan Ali r.a.. Mereka memandang bahwa keturunan Ali r.a. adalah sebuah ancaman dan bom waktu yang setiap saat dapat menghancurkan Dinasti Bani Umayyah. Oleh karena itu, ahlul bait menjadi sasaran dan objek kesewenang-wenangan dan kezaliman.
Perlakuan Khalifah Yazid bin Abdul Malik pernah menghabisi keturunan Ali r.a. ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kufah. Lalu dia memerintahkan pasukannya untuk menghabisi keturunan Ali r.a.. Pembunuhan pun dilakukan terhadap keturunan Ali r.a.. Melihat kezaliman terjadi, Abu Hanifah pun melancarkan kritik dan protes tegas. Akibatnya, Abu Hanifah ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Akan tetapi, dia tetap sabar dan teguh dengan pendiriannya meskipun harus mengalami siksaan fisik.
Begitu pula saat Dinasti Bani Abbasiyah berkuasa, Abu Hanifah tetap melancarkan kritikannya demi menegakkan kebenaran. Dia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara karena kritikannya terhadap paham Mu’tazilah tentang Alquran sebagai ciptaan dan makhluk.
Selain tegas dan teguh juga ada cerita yang mengisahkan bahwa pribadi Abu Hanifah tidak tergoda dan tergiur dengan uang atau harta.
Dikisahkan, suatu hari Abu Hanifah diundang ke istana karena sang permaisuri bertengkar dengan khalifah. Abu Hanifah diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara permaisuri dan khalifah. Harun al Rasyid bertanya kepada Abu Hanifah, ”Berapa jumlah yang diperbolehkan agama seorang laki-laki menikahi wanita?” Dengan tegas Abu Hanifah menjawab, ”Empat orang!” Lalu Harun al Rasyid pun berkata kepada istrinya, ”Kamu dengar itu?” Akan tetapi, Abu Hanifah kemudian bertanya, ”Apakah syaratnya? Sehingga dia diperbolehkan menikahi lebih dari satu?” Harun al Rasyid menjawab spontan, ”Adil!” Lalu Abu Hanifah bertanya kepada sang permaisuri, ”Apakah khalifah sudah berlaku adil?” Sang permaisuri hanya dapat menggelengkan kepala.
Sang permaisuri pun menjadi senang dengan keberanian Abu Hanifah. Ketika Abu Hanifah hendak meninggalkan istana, sang permaisuri memberikan sejumlah uang dirham kepadanya. Akan tetapi, Abu Hanifah menolak pemberian sang permaisuri sembari berkata, ”Anda tidak perlu memberi aku uang karena aku tadi tidak sedang membela Anda, tetapi kebenaran.”
Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang suka menjauhi penguasa dan orang kaya. Dia lebih menyukai kehidupan yang menyibukkan dirinya dengan memperbaiki akhlak dan menambah ilmu pengetahuan. Abu Hanifah juga dikenal sebagai pribadi yang suka mengajarkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Ketika mengajar dia tidak meminta dan tidak mau menerima bayaran dari pekerjaannya. Dia melakukannya ikhlas hanya karena ingin mengajarkan ilmu pengetahuan.
Bukti yang menegaskan bahwa Abu Hanifah itu suka menjauhi kekuasaan adalah penolakannya untuk menjadi hakim. Pada masa Dinasti Bani Abbasiyah, Abu Hanifah pernah diminta untuk menjadi hakim, tetapi dia menolak. Sikapnya membuat khalifah Dinasti Bani Abbasiyah menjadi marah kepada Abu Hanifah.
Sepanjang hidupnya Imam Abu Hanifah disibukkan dengan ilmu pengetahuan khususnya mengajar Alquran, hadis, dan hukum Islam atau fiqih. Dia meninggal pada tahun 767 M. Usianya 76 tahun. Mazhab fiqihnya berkembang pesat setelah diajarkan oleh murid-muridnya.
Salah satu murid Abu Hanifah yang sangat berpengaruh sehingga Mazhab Hanafi bekembang luas adalah Abu Yusuf. Dia seorang hakim pada masa Dinasti Abbasiyah. Dia juga menulis sebuah buku yang sangat terkenal pada masa itu. Bukunya berjudul Kitab al Kharaj. Buku itu hingga sekarang masih bisa didapatkan.
Adapun guru Abu Hanifah sendiri tidak menulis buku, melainkan karya yang ditulis oleh murid-muridnya yang dinisbatkan atau dikaitkan dengan nama Abu Hanifah. Kitab al Fikh al Akbar, buku fiqih ini menurut banyak kalangan ditulis oleh murid-murid dari ceramah-ceramah Abu Hanifah. Lalu buku itu dinisbatkan kepada gurunya.
Dalam perkembangan selanjutnya, mazhab fiqih Hanafi banyak dianut oleh umat Islam di wilayah-wilayah Turki dan Asia Tengah serta India. Mazhab ini juga banyak dianut oleh umat Islam di Syiria dan Mesir. Bahkan, Mazhab Hanafi pernah menjadi mazhab resmi negara Mesir.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Imam Malik berlajar hadis dari para ulama terkenal selain pamannya sendiri, Abu Suhail Nafi, seperti Ja’far Shadiq, Yahya Ansari, Abu Hasim Salmah, dan Yahya bin Said bin Urwah.
Setelah menguasai hadis dan hukum fiqih, Imam Malik kemudian mengajar di beberapa majelis. Namanya terus melejit dan terkenal karena murid-muridnya yang jumlahnya sangat banyak. Tidak kurang dari 1.300 sarjana belajar dan berguru kepadanya.
Selama memberikan kuliah atau ceramah, murid-muridnya rajin menuliskan dan mencatat al Muwatta. Al Muwatta adalah karya terkenal Imam Malik yang banyak dikagumi para ulama. Buku al Muwatta menurut catatan hanya memuat hadis-hadis sahih. Imam al Bukhari, ulama dan ahli hadis terbesar juga memulai kajian dan penelitiannya dari buku Al Muwatta ini.
Buku al Muwatta yang kemudian dikenal dengan Muwatta Imam Malik itu ditulis selama 40 tahun lamanya. Imam Malik harus mengumpulkan dan meneliti hadis-hadis yang ada dan jumlahnya mencapai puluhan ribu hadis.
Kenapa karyanya dinamakan al Muwatta? Menurut cerita Imam Malik, bahwa karyanya telah diperiksa dan diteliti oleh 70 orang ahli hadis dan hukum fiqih, dan mereka semuanya menyatakan puas dan setuju. Karena mereka itu menyetujuinya, maka oleh Imam Malik karyanya diberi nama al Muwatta, dari kata ”kulluhum watta’ani alaih” yang artinya mereka semua menyetujui, sehingga aku beri nama Yang Disetujui.
Mengomentari kehebatan buku ini, Imam as Syafi’i berkata, bahwa buku ini adalah buku yang isinya paling benar setelah Alquran dan buku yang paling memberikan manfaat setelah Alquran.
Salah satu keistimewaan dari Imam Malik adalah sangat menghormati Rasulullah saw.. Selama dia tinggal di kota Madinah, dia tidak pernah memakai alas kaki. Dia juga tidak pernah menaiki kuda atau pergi buang air besar di sebuah WC. Jika dia ingin membuang hajat, dia akan pergi dari kota Madinah. Dia juga diceritakan gemar mencium bangunan-bangunan tempat Rasulullah saw. tinggal atau yang biasa digunakan Rasulullah saw..
Sebagai seorang ulama fiqih, Imam Malik dikenal sebagai seorang yang tegas dalam pendirian. Dia tidak takut kepada penguasa atau khalifah saat harus membuat fatwa. Fatwa adalah keputusan hukum tentang suatu masalah, seperti halal atau haram, boleh atau tidak. Karena ketegasannya dalam membuat fatwa, Imam Malik juga sering mendapatkan tindakan kekerasan dari khalifah, seperti dicambuk.
Akan tetapi, sebagai pribadi yang menegakkan kebenaran serta mewarisi semangat juang Rasulullah saw. seperti imam-imam fiqih lainnya, dia tetap berlapang dada dan tulus ikhlas menerima segala perlakuan tidak menyenangkan.
Imam Malik meninggal pada tahun 795 M pada usia 86 tahun, kemudian dimakamkan di kota Madinatul Munawwarah, di sebuah pemakaman yang bernama Jannatul Baaqi.
Mazhab fiqih Maliki berkembang dan banyak dianut oleh umat Islam di wilayah Hijaz (dua kota Mekah dan Madinah) Afrika Utara, bahkan menyebar sampai ke wilayah Andalusia (Spanyol).
Sumber: Tasirun Sulaiman
Lahir dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris as Syafi’i. Dia keturunan dari suku Arab Quraisy al Hasyimi. Akan tetapi, dia lahir di kota Gaza, Palestina. Besar dan memulai pendidikannya di kota Mekah tempat kediaman orang tuanya.
Imam Syafi’i dikenal rajin belajar dan sangat cerdas. Pada usia anak-anak dia telah mampu menghafal Alquran di luar kepala. Pada usia 15 tahun, ilmu pengetahuan agamanya sudah andal. Hingga seorang mufti di kota Mekah, Muslim bin Khalid al Zinji pernah berkata kepadanya, ”Wahai Abdullah, berikan fatwa karena demi Allah kamu sudah mencukupi.”
Selama hidupnya Imam as Syafi’i dikenal suka mengunjungi kota-kota untuk belajar dan menemui para ulama terkenal. Dari ulama itu kemudian dia berguru atau mendalami suatu ilmu. Imam Syafi’i belajar dan menghafal hadis dari Imam Malik. Dia menghafal al Muwatta, kitab karya Imam Malik. Dia juga mengunjungi kota Baghdad dua kali lalu pergi ke Mesir.
Imam Syafi’i adalah seorang ulama dan guru terkenal. Dia mengajar beberapa cabang ilmu pengetahuan, dari Alquran dan hadis hingga tata bahasa.
Salah satu ciri yang menonjol dari Imam Syafi’i adalah pribadi yang tidak fanatik. Dia tidak pernah memaksakan pendapatnya dan menghormati perbedaan pendapat antarmazhab yang ada.
Karyanya yang sangat terkenal adalah ar Risalah, yang dinilai kalangan ulama sebagai landasan untuk membuat ketentuan hukum Islam. Dalam buku itu, Imam Syafi’i menggunakan dalil-dalil Alquran dari segi makna harfiahnya. Setelah itu, dia menyertakan hadis-hadis sahih. Imam Syafi’i sangat berhati-hati menerima hadis. Hadis akan diterima dan dijadikan sebagai dalil dengan syarat hadis itu sahih.
Selain itu, Imam Syafi’i juga menulis sebuah karya yang berjudul al Um. Kitab ini di dalamnya membahas masalah cara-cara membuat keputusan hukum. Juga kitab Ikhtilaf al Hadis dan al Musnad.
Imam Syafi’i masyhur karena jasanya memperkenalkan metode al qiyas (analogi) dalam membuat hukum. Cara berpikir qiyas adalah dengan mencari kesamaan pada hukum asal, kemudian menentukan hukum yang baru.
Sebagai contoh dari qiyas adalah bagaimana hukum zakat jagung? Padahal di dalam Alquran dan hadis tidak ada ayat yang menerangkan wajib hukumnya jagung.
Lalu apakah orang-orang kaya di Madura yang menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya tidak perlu mengeluarkan zakat? Bagaimana jika dia memiliki jagung yang jumlahnya sudah mencapai nisab atau batas ketentuan harus mengeluarkan zakatnya? Bagaimana pula dengan zakat fitrahnya?
Jika dicari secara harfiah, sebagaimana apa adanya dalam ayat Alquran atau hadis Rasulullah saw. tentu saja tidak akan ditemui zakat jagung. Akan tetapi, jika dilakukan cara pengambilan hukum yang ditawarkan Imam Syafi’i akan ditemukan hukumnya. Berdasarkan pertimbangan bahwa gandum sebagai makanan pokok harus dikeluarkan zakatnya, maka jagung yang juga makanan pokok wajib pula zakatnya. Kedua, gandum dan jagung memiliki kesamaan, yakni sama-sama makanan pokok.
Inilah sumbangan pemikiran Imam Syafi’i yang sangat berharga sekali dalam bidang hukum fiqih. Metode berpikir qiyas (analogi) yang biasanya digunakan dalam mantiq atau logika diterapkan dalam fiqih.
Salah satu ungkapan yang sangat terkenal dari Imam Syafi’i yang menunjukkan dirinya adalah seorang ulama yang berlapang dada dan rendah hati adalah, ”Jika Anda mendapatkan kata-kata atau ketentuan hukum yang bertentangan dengan hadis, maka ikutilah hadis. Jika kamu mendapatkan kata-kata atau pernyataan saya bertentangan dengan hadis, maka jangan ikuti kata-kata atau pernyataan saya.”
Mazhab Syafi’i selalu menjadi mazhab yang diajarkan di Universitas al Azhar, Mesir. Mazhab Syafi’i menjadi mazhab resmi di Mesir pada masa Sultan Salahudin, pendiri Dinasti Ayubiyah.
Mazhab Imam Syafi’i banyak dianut oleh umat Islam di wilayah Irak, Indonesia, dan banyak lagi di dunia Islam lainnya, kecuali di kota Madinah dan Iran. Umat Islam di kedua wilayah ini jarang yang mengikuti mazhab ini.
Sebagai ulama, Imam Syafi’i juga menghadapi masalah politik yang sama dengan imam-imam dan ulama-ulama lainnya, mereka yang berjuang ingin menegakkan kebenaran. Dia mengalami tekanan politik dari para penguasa karena fatwa-fatwanya dinilai tidak mendukung atau bahkan menentang kebijakannya. Imam Syafi’i pernah ditangkap sebagai tahanan oleh Khalifah Harun al Rasyid tetapi kemudian dibebaskan. Imam Syafi’i meninggal pada tahun 820 M. Dia dimakamkan di Mesir.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Lahir dari keturunan Arab. Sukunya Bani Shaiban dari Rabia. Nama suku ini dikenal karena banyak memainkan peran dan jasanya saat peristiwa penaklukan wilayah Irak dan Khurasan.
Imam Ahmad bin Hambal nama lengkapnya adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal. Ayahnya seorang anggota pasukan kerajaan yang bertugas di kota Khurasan kemudian dipindahkan ke Basrah. Sedangkan kakeknya Hambal bin Hilal, seorang gubernur wilayah Sharakh pada masa Dinasti Bani Umayyah.
Imam Ahmad bin Hambal menjalani masa kanak-kanaknya sebagai yatim karena ayahnya meninggal saat bertugas di Basrah. Namun demikian, secara ekonomi kehidupannya tidaklah sulit. Dia memiliki cukup warisan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sejak kecil Imam Ahmad bin Hambal senang belajar ilmu agama khususnya belajar hadis, fiqih, dan bahasa Arab. Dia mulai menimba ilmu agama di kota Baghdad. Dia hadir dan belajar dalam majelis seorang ulama terkenal pada saat itu bernama Qazi Abu Yusuf. Akan tetapi, gurunya yang utama adalah Sufyan bin Uyaina.
Selama hidupnya Imam Ahmad bin Hambal banyak menghabiskan waktunya untuk mempelajari hadis. Sejak tahun 795 M, dia mengadakan kunjungan ke beberapa kota untuk mempelajari hadis. Kota-kota yang sering dikunjunginya adalah Iran, Khurasan, Yaman, Hijaz, Syiria, dan Irak bahkan ke Magrib. Semuanya dia lakukan hanya untuk mencari dan mengumpulkan hadis sahih. Selama hidupnya Imam Ahmad bin Hambal melaksanakan haji sebanyak lima kali.
Dalam memegang prinsip yang diyakini, Imam Ahmad bin Hambal dikenal sebagai pribadi yang teguh dan kukuh. Dia tidak takut menghadapi teror dan ancaman. Demi prinsip yang diyakininya, dia rela dijebloskan ke penjara oleh Khalifah al Makmun.
Seperti diketahui bahwa Khalifah al Makmun saat menjadi khalifah banyak dipengaruhi oleh paham Mu’tazilah. Paham Mu’tazilah adalah paham rasionalisme dalam Islam. Salah satu doktrin atau ajarannya mengatakan bahwa Alquran itu adalah ciptaan Allah swt.. Oleh karena Alquran itu ciptaan, maka Alquran juga makhluk Allah swt. yang akan binasa juga.
Akan tetapi, bagi Imam Ahmad bin Hambal yang pengikut aliran As’ariyah berkeyakinan bahwa Alquran itu bukan ciptaan atau makhluk Allah swt., tetapi kalamullah, firman Allah swt.. Karena Alquran itu kalamullah, maka Alquran pun abadi dan langgeng. Tidak akan rusak dan binasa.
Sebenarnya pihak khalifah telah mengundang Imam Ahmad bin Hambal ke istananya untuk diajak berdiskusi. Untuk meyakinkan pandangannya tentang Mu’tazilah, khalifah juga mengundang para ulama dari Mu’tazilah. Di dalam pertemuan itu kemudian Imam Ahmad bin Hambal diajak berdiskusi. Akan tetapi, Imam Ahmad bin Hambal tidak pernah goyah dengan pendiriannya. Alasan-alasan yang disampaikan ulama Mu’tazilah selalu disanggah dan ditepisnya dengan alasan-alasan dan dalil-dalil yang lain.
Karena Imam Ahmad bin Hambal terus gigih menentang ajaran Mu’tazilah yang pada saat itu menjadi paham kerajaan, maka dia pun menghadapi banyak masalah. Selain dijebloskan ke penjara, dia juga mengalami berbagai penyiksaan fisik. Akan tetapi, hebatnya dia tetap tabah dan teguh dengan pendiriannya.
Setelah Khalifah al Makmun meninggal, jabatan khalifah digantikan oleh penerusnya yakni Khalifah al Mu’tasim. Akan tetapi, al Mu’tasim juga memiliki sikap yang sama dengan pendahulunya. Dia terus mengajukan pertanyaan yang sama kepada Imam Ahmad bin Hambal tentang paham Mu’tazilah. Setelah Khalifah al Mu’tasim diganti oleh al Wasiq, Imam Ahmad bin Hambal yang sudah dibebaskan dari penjara juga tidak diizinkan untuk memberikan ceramah atau khotbah.
Hingga akhirnya, pada masa Khalifah al Mutawakkil, segala penderitaan dan persoalan yang dihadapi Imam Ahmad bin Hambal barulah berakhir. Bahkan, Khalifah al Mutawakkil sangat menghormati Imam Ahmad bin Hambal. Dia juga meminta kepadanya untuk menjadi guru bagi putranya al Mu’taz. Akan tetapi, karena alasan sudah tua dan sering sakit-sakitan, Imam Ahmad bin Hambal menolak permintaan Khalifah al Mutawakkil.
Imam Ahmad bin Hambal meninggal pada tahun 885 M pada usia 75 tahun. Dia dimakamkan di taman makam pahlawan dekat Pintu Gerbang Harb di Baghdad.
Karyanya yang sangat terkenal adalah kitab al Musnad. Sebuah buku ensiklopedi yang memuat kurang lebih 28.000 sampai 29.000 hadis sahih. Semua hadis yang ada dalam buku ini dinilai oleh para ulama sebagai hadis sahih.
Mazhab Hambali menjadi sangat terkenal karena salah seorang pengikutnya. Dia adalah orang yang sangat gigih menegakkan ajaran gurunya, memberantas segala hal yang berlawanan dengan Alquran dan hadis. Dialah Imam Ibnu Taimiyah, seorang tokoh pembaru keagamaan yang terkenal dengan Gerakan Pemurnian. Sebuah gerakan keagamaan yang arah perjuangannya adalah melawan dan menentang segala jenis bidah dan khurafat.
Pemikiran Ibnu Taimiyah kemudian diteruskan oleh muridnya yakni seorang pembaru dari Arab bernama Abdul Wahab. Gerakan pemurnian Abdul Wahab kemudian dikenal dengan nama Gerakan Wahabi. Abdul Wahab meraih kekuatan dan pengaruh yang besar setelah bekerja sama dengan Ibnu Saud penguasa Arabia yang kemudian mendirikan negara Saudi Arabia.
Mazhab fiqih Hambali banyak dianut oleh umat Islam di wilayah Jazirah Arabia, khususnya Arab Saudi. Mazhab fiqih Hambali dalam perkembangannya kemudian mengalami kesulitan menembus wilayah di luar Saudi Arabia.
Sumber: Tasirun Sulaiman
At Tabari dikenal pada zamannya sebagai seorang tokoh ulama yang piawai menguasai ilmu hadis. Dia juga diakui tidak memiliki bandingan dalam hal jumlah meriwayatkan hadis. Akan tetapi, keahliannya adalah melakukan pentarjihan. Dia hebat dalam menilai apakah sebuah hadis itu sahih atau tidak. Dia juga masyhur menguasai sejarah para tokoh yang meriwayatkan hadis.
Dari latar belakang kehebatannya dalam hal hadis inilah at Tabari kemudian membuat karya tafsir bi al ma’tsur yang sangat terkenal. Karyanya Jami al Bayan fi Tafsir al Qur’an, menggunakan hadis-hadis untuk menjelaskan maksud dari ayat-ayat Alquran.
Menurut pengakuan para ahli tafsir bahwa karyanya Jami al Bayan fi Tafsir al Qur’an menjadi rujukan para mufasir yang muncul kemudian. Khususnya bagi para mufasir tafsir bi al ma’tsur.
Dalam menafsirkan ayat-ayat, at Tabari banyak menyandarkan pada riwayat para sahabat dan tabi’in. Selain itu, dia juga melakukan penarjihan, yakni menjelaskan apakah riwayat yang digunakan sahih atau tidak.
Selain melakukan penjelasan berupa penarjihan riwayat-riwayat yang digunakan, at Tabari juga melakukan pengi’raban. Maksud pengi’raban adalah menjelaskan posisi kalimat atau kata, seperti subjek, predikat, dan objek.
Mufasir yang datang kemudian dan sangat berpengaruh, Ibnu Katsir dikatakan sangat mengagumi karya ini. Bahkan dia juga sering menukil penjelasan dari karya at Tabari.
Karya lain at Tabari adalah Tarikhul Umam wal Muluk wa Akhabaruhum, Adabul Hamidah wa Akhlak an Nafisah, Tarikh Rijal, Ikhtilaful Fuqaha, dan masih banyak lagi.
Jadi, terlihat dari karya-karya yang ditulisnya, at Tabari bukan hanya andal dalam hadis dan tafsir, tetapi juga sejarah, antropologi, dan sosiologi.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Ketika tinggal dan menetap di Daryah, Abdul Wahhab menjadi penasihat spiritual Dinasti Sa’ud. Saat itu Dinasti Sa’ud adalah kelompok elit lokal yang berkuasa dan sedang memperluas pengaruhnya ke seluruh tanah Arab. Abdul Wahhab menandatangani semacam kesepakatan atau perjanjian kerja sama dengan Ibnu Sa’ud. Adapun isi kesepakatan itu bahwa Abdul Wahhab dan pengikutnya akan mendukung upaya Dinasti Sa’ud dalam memperluas pengaruh dan kekuasaannya. Sebaliknya, Ibnu Sa’ud akan mendukung Abdul Wahhab menyebarkan dan memperluas ajaran Abdul Wahhab, yaitu Wahabiyah.
Upaya untuk menyebarkan paham Wahabi dan memperluas kewenangan Dinasti Saud mengalami pasang surut yang panjang. Berkali-kali mengalami kegagalan sampai beberapa generasi Abdul Wahhab maupun Dinasti Sa’ud. Tanda-tanda keberhasilan baru mulai tampak pada sekitar abad ke-19 dan awal abad ke-20. Hal ini ditandai dengan dikuasainya seluruh Hedzjaz. Pada tahun 1925 mereka akhirnya berhasil menguasai kota Mekah, Madinah, dan Jeddah. Saat itulah mereka baru berhasil mendirikan Kerajaan Arab Saudi dan menjadikan Wahabiyah sebagai paham resmi negara. Pada perkembangannya, gerakan Wahabiyah ini kemudian menjadi gerakan sosial dan politik.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pemikir Islam, aktivis politik, dan seorang jurnalis terkenal. Kebenciannya terhadap kolonialisme menjadikannya seorang perumus dan pelopor gerakan anti-imperialisme. Dalam setiap dakwahnya, baik melalui tulisan maupun ceramah-cermahnya ia senantiasa menyerukan kepada kaum muslimin untuk bersatu, menanamkan sikap nasionalisme, dan anti-kolonialisme.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Muhammad Abduh termasuk anak yang sangat cerdas, meskipun ia hanya seorang anak petani miskin di tanah kelahirannya Mesir. Sejak kecil ia sudah tekun belajar Alquran dan ilmu pengetahuan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Al Azhar Kairo di Mesir.
Ketika menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, ia bertemu dengan Jamaluddin Al Afghani yang saat itu datang berkunjung ke Mesir. Muhammad Abduh muda sangat terkesan dengan pemikiran-pemikiran Jamaluddin Al Afghani. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al Azhar, ia menjadi staf pengajar di sana. Ia juga mengajar di Universitas Darul Ulum, mengajar di rumahnya, dan aktif menulis serta berdakwah. Sekitar tahun 1883 Muhammad Abduh diangkat menjadi Rektor Universitas Al Azhar Kairo-Mesir.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Muhammad Rasyid Ridha mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Al Kitab di Al Qalamun di desanya. Setelah menyelesaikan pendidikan madrasahnya ia melanjutkan pendidikan ke madrasah Al Wathaniyyah Al Islamiyyah di bawah asuhan Syekh Husai Al Jisr. Selain mendapatkan ajaran dan doktrin tradisi Islam, Muhammad Rasyid Ridha juga mendapat ajaran tentang ilmu-ilmu alam, bahasa Turki, dan Prancis.
Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo Mesir pada tahun 1898 dan berguru pada Muhammad Abduh. Muhammad Rasyid Ridha wafat di Suriah pada tahun 1935 M.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Sejak kecil Mustafa Kamal Attatruk telah bercita-cita menjadi seorang tentara sehingga ia masuk ke sekolah menengah militer. Karena kepandaiannya dalam pelajaran matematika, gurunya memberikan gelar panggilan ”Kamal” atau dalam bahasa Arab berarti ”Sempurna”.
Ia melanjutkan pendidikan tingginya di sekolah tinggi militer Istambul dan sejak itulah ia menjalani hidup sebagai militer. Kemampuannya dalam bidang militer dan kecerdasannya dalam hal pemikiran, menyebabkan ia disukai banyak orang. Ia mempunyai banyak teman, pengagum dan pendukung yang sangat besar, terutama dari kalangan militer Turki. Karena itulah, ketika Republik Turki diproklamirkan, Muhammad Kamal Attatruk terpilih menjadi Presiden yang pertama. Muhammad Kamal Attatruk wafat pada tanggal 10 November 1938 di Istambul ibu kota Turki.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Setelah menempuh pendidikan selama dua tahun di Inggris, ia pun melanjutkan kembali studinya di Munich Jerman untuk mengambil doctoral bidang filsafat. Di Universitas Munich ia mendapat gelar Doctor dengan predikat Cumlaude.
Setelah menyelesaikan seluruh studinya, Muhammad Iqbal kembali ke Lahore. Ia menjadi dosen filsafat di beberapa universitas yang ada di India, menjadi pengacara dan aktif memberikan ceramah ilmiah dan keagaman kepada masyarakat.
Buku hasil ceramahnya dibukukan oleh kalangan ilmiah India dan diberi judul ”The Reconstruction of Religius thought in Islam” atau Membangun Kembali Pemikiran Islam. Ia akhirnya wafat di Lahore pada tanggal 21 April 1938.
Sumber: Rusli Ishaq; Zaenatul Ummah
Mereka berdua bekerja keras mempelajari ilmu pengetahuan India dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Hasil terjemahan mereka dalam bidang astronomi sangat berharga bagi pengembangan astronomi Islam setelah khalifah al Makmun menerjemahkan karya-karya astronomi Yunani, seperti Almagest. Juga karya astronom Yunani, Ptolomeus yang berjudul Tetrabiblos.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Karya al Fargani berisikan ringkasan tentang astronomi. Buku ini menjadi buku rujukan dalam mempelajari astronomi. Oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis, karya al Fargani kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Dari bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Al Fargani yang hidup pada masa Khalifah al Makmun, juga menulis sebuah karya dalam bidang astronomi yang kemudian diterjemahkan oleh orang-orang Barat dengan nama Elemen Astronomi. Buku ini sangat terkenal di kalangan orang-orang Barat.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Demikian dikatakan dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kebangkitan Nasional atau Sampoerna School of Education (SSE) Iwan Syahril dalam seminar bertema "Building Common Understanding Between Teacher Education Institutions and School Communities on Teacher's Quality" di Kampus SSE, Jakarta, Kamis (4/3/2010).
Berdasarkan data UNDP 2009, Human Development Index (HDI) Indonesia berada di peringkat ke-111 dengan angka HDI 0,734. Yang sulit diterima, kata Iwan, peringkat Indonesia itu berada persis di bawah Palestina (HDI 0,737) sebagai sebuah negara yang tak henti-hentinya diguncang gejolak politik dan perang.
"Maka, pada akhirnya, yang harus dipersiapkan Indonesia untuk menciptakan pendidikan berkualitas itu sendiri adalah dengan meraih kualitas pembelajaran di dalam kelas. Dan, hulu dari semua lingkaran ini adalah guru, guru yang berkualitas tinggi. Inilah mimpi kita," ujar Iwan.
Untuk itulah, kata Iwan, mutlak bahwa kualitas pembelajaran yang luar biasa di sekolah (kelas) harus berbanding lurus dengan kualitas pembelajaran yang dikenyam guru itu sendiri sebagai pendidik di sekolah. Guru tidak mungkin lagi hanya terfokus pada knowledge for practise (pengetahuan secara teori), tetapi juga knowledge in practise (pengetahuan secara praktik) sehingga akhirnya guru memiliki knowledge of practise (gabungan pengetahuan teori dan praktik).
"Untuk memperoleh SDM guru yang berkualitas, ketiganya harus dijadikan siklus yang berlangsung secara aktif. Mereka menjadi pembelajar aktif seumur hidup," ucap Iwan
Sumber: kompas.com
Biasanya, "try out" yang diselenggarakan bimbel dilakukan secara konvensional, yaitu dengan kehadiran fisik. Tetapi salah satu bimbel di Indonesia, Primagama, mencoba bentuk baru. Bekerjasama dengan Microsoft, Primagama meluncurkan layanan "try out" online untuk menyambut Unas 2010. Layanan online ini dapat diakses melalui www.primagamaplus.com
"Saat ini banyak sekali layanan yang sifatnya online. Namun belum tentu isinya mendidik," ujar General Manager Primagama Adam Primaskara, saat peluncuran www.primagamaplus.com di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Jumat (5/3/2010).
"Try out" online memfasilitasi siswa sekolah dari jenjang SD hingga SMA untuk bisa belajar di rumah tanpa dipungut biaya alias gratis. Fasilitas ini, terang Adam, dapat dinikmati seluruh siswa di Indonesia, tanpa terhalang letak geografis. Mereka yang ingin mencobanya cukup melakukan registrasi di laman tersebut.
"Setelah ini, kami akan ada layanan lain, seperti video materi dan tutorial. Juga akan dibuat sistem serupa untuk persiapan SNMPTN, UM-UGM, SIMAK UI, dan lainnya," tambah Adam.
Selain dapat belajar menghadapi soal ujian, siswa juga dapat mengetahui hasilnya secara real-time dan membandingkannya dengan hasil dari siswa di wilayah lain. Sistem online ini juga dapat memetakan siswa di daerah mana yang masih kesulitan menghadapi Ujian Nasional.
Sumber: kompas.com
Al Biruni menurut catatan telah menulis kurang lebih 113 buah karya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Akan tetapi, salah satu karyanya yang hingga saat ini masih ada adalah al Qanun (Canon). Karya al Biruni ini memuat secara komprehensif dan mendetail hasil studinya tentang astronomi.
Penemuan al Biruni dalam bidang astronomi adalah astrolobe, salah satu instrumen untuk mengetahui posisi sebuah planet. Dengan menggunakan astrolobe, posisi terdekat dan terjauh sebuah planet dan bintang-bintang dapat ditentukan.
Al Biruni juga diakui sebagai astronom yang mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Bumi juga memiliki gravitasi atau daya tarik.
Adapun tokoh astronomi muslim lainnya adalah al Nairizi yang di Barat dikenal dengan nama Anaritus. Dia bersama dengan Tsabit bin Qurrah membuat ulasan atau komentar tentang Almagest, karya Ptolomeus.
Tsabit bin Qurrah juga dikenal karena menemukan teori getaran Equinox. Abu Ma’syar dikenal sebagai astronom muslim yang karyanya menjadi rujukan kajian astronomi di Barat. Karyanya berjudul Pengantar Besar Astrologi. Lalu disusul kemudian al Battani yang di Barat dikenal dengan nama Albategnius.
Al Biruni diakui sebagai seorang yang berhasil melakukan observasi astronomi dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang luar biasa. Karya al Battani dalam bidang ini berjudul Mengenai Sains Bintang. Karya ini di Barat diterjemahkan dengan judul De Scientia Stellarum.
Karya al Biruni pada masa Barat memulai gerakan renaisans dikaji dan diteliti ulang kemudian dibuatkan ulasan atau komentar oleh ilmuan Italia bernama C.A. Nallino.
Jadi, dari sana dapat terlihat dengan jelas gambaran prestasi gemilang yang telah berhasil dicapai para ilmuan muslim pada abad 10 dalam bidang astronomi. Prestasi mereka itu sudah sangat hebat sekali. Coba jika ini dibandingkan dengan prestasi astronomi bangsa Barat atau Kristen yang memasuki abad 18 saja, mereka masih sibuk membicarakan perdebatan, apakah bumi itu bundar atau datar, apakah bumi sebagai pusat tata surya ataukah matahari.
Tahukah kamu bahwa sebelum datangnya renaisans di Barat, seorang ahli astronomi asal Italia Galileo dihukum mati karena pandangannya yang dianggap membahayakan keimanan Kristiani. Oleh gereja Katolik, Galileo kemudian diperintahkan agar mencabut teorinya yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat dari segala tata surya.
Pandangan Galileo ini dianggap membahayakan karena sebelumnya gereja Katolik mengikuti pandangan Ptolomy yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat segala tata surya (geosentris).
Akan tetapi, karena yakin dengan kebenaran ilmu pengetahuan, Galileo pun rela menjalani hukuman mati. Akan tetapi, setelah beberapa abad kemudian datanglah ilmuan lain Nicolous Copernicus yang memiliki pandangan yang sama dengan Galileo. Karena kemudian dibuktikan bahwa pandangan Ptolomy ternyata salah, maka akhirnya gereja pun menerima pandangan baru hasil ilmu pengetahuan itu.
Dengan ditemukannya teleskop atau teropong bintang, maka mengamati benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang-bintang, meteor, galaksi, dan lain-lain yang menjadi objek atau bahan kajian astronomi menjadi lebih mudah lagi.
Bagi umat Islam, astronomi sangat penting sekali karena peribadatan dalam Islam, seperti salat, puasa, lebaran, haji, dan lain-lain berhubungan langsung dengan masalah tata surya.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Ibnu Nafis yang namanya lebih dikenal dengan nama al Quarasi adalah seorang dokter yang juga piawai dalam masalah hukum Islam. Namanya dikenang karena sumbangannya yang berharga dalam bidang kedokteran. Dialah ilmuan yang pertama kali menemukan peredaran darah kecil dan besar. Sirkulasi darah dari jantung ke paru-paru. Sirkulasi darah dari bilik kanan dan bilik kiri.
Karyanya yang sangat terkenal dalam bidang kedokteran dan psikologi adalah Sharh Tashrih al Qanun.
Karya ini sangat luar biasa hebatnya, karena ternyata penemuan dalam hal sirkulasi atau peredaran darah dari bilik kanan dan kiri serta peredaran darah besar dan kecil, baru ditemukan oleh William Harvey pada tahun 1628 M. William Harvey adalah seorang dokter Inggris.
Karyanya yang lain adalah Kitab al Shamil. Buku ini menggambarkan teknik-teknik pembedahan dan operasi. Dalam buku ini juga dijelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan seorang dokter saat hendak melakukan operasi atau bedah pasien.
Adapun karyanya yang lain di antaranya meliputi kajian dan penelitiannya tentang penyakit mata dan diet. Dia juga menulis komentar atau syarh buku karya ilmuan kedokteran Yunani Kuno Hippocrates.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Ibunya, Aisyah terkenal sebagai seorang wanita yang taat beragama dan berakhlak terpuji. Khalifah Abdul Malik dibesarkan dan dididik oleh ibunya sendiri. Di bawah asuhan dan didikan ibunya, Khalifah Abdul Malik tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, baik hati, dan bijaksana.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan lahir pada masa Khalifah Usman bin Affan. Sejak kecil, Khalifah Abdul Malik bin Marwan gemar belajar ilmu. Pada masa kecil Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran. Setelah itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mempelajari ilmu hadis, fikih, tafsir, dan lainnya.
Untuk mempelajari ilmu-ilmu itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar langsung dari para guru dan ulama yang masyhur pada zamannya. Pada masa itu, para guru dan ulama yang masyhur kebanyakan tinggal di kota Madinah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran dari Khalifah Usman. Belajar hadis dari Abu Hurairah, Abu Sa’id al Khudry, Jabir bin Abdullah, dan dari sahabat Rasulullah saw. lainnya.
Oleh karena bakat dan kecerdasan serta kecintaannya kepada ilmu, nama Khalifah Abdul Malik bin Marwan pun mampu menyamai para ulama. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal memiliki pengetahuan fikih yang luas hingga namanya disejajarkan dengan Said bin Musayyab dan Urwah bin Zubair. Keduanya adalah ulama fikih terkenal di kota Madinah.
Selain mencintai ilmu agama, Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mencintai ilmu-ilmu umum seperti sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang kritikus sastra terkenal. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mendirikan sebuah klub kajian sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan senang sekali terlibat diskusi sastra, di antaranya membahas kitab al Kamil, karya sastra yang ditulis oleh al Mubarrad.
Oleh karena keluasan ilmu pengetahuannya itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai teman dan lawan diskusi yang baik. Seorang bernama al Syaibi mengomentari Khalifah Abdul Malik bin Marwan sebagai teman yang pandai dan pintar. Menurutnya, setiap kali terlibat pembicaraan dengan Khalifah Abdul Malik bin Marwan selalu bertambah ilmu pengetahuan baru.
Kecintaannya kepada sastra membuat bahasa Khalifah Abdul Malik bin Marwan berbobot, lugas, dan fasih. Sebagai seorang khalifah, Abdul Malik bin Marwan diakui memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang lainnya. Sehingga ketika dirinya diangkat menjadi khalifah kelima menggantikan Khalifah Marwan bin Hakam, tidak banyak tokoh yang menentang.
Di bawah kepemimpinannya, Dinasti Bani Umayyah kembali mengalami perkembangan seperti yang dirintis pendahulunya, Muawiyah bin Abu Sufyan.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Meskipun ayahnya sudah mendatangkan seorang guru pengajar ilmu nahwu, tata bahasa Arab, tetapi keterampilan bahasa Arab al Walid tidak mengalami perubahan yang berarti. Melihat kenyataan seperti itu ayahnya berkomentar, ”Cinta aku kepada putraku, al Walid telah membahayakan dirinya.”
Ungkapan ayahnya itu mengandung pengertian bahwa karena cinta dan sayangnya kepada al Walid, ayahnya tidak tega mengirim al Walid ke Gurun Sahara. Wilayah Sahara atau padang pasir cukup jauh dan termasuk wilayah pedalaman. Di wilayah ini bahasa Arab masih cukup baik karena belum bercampur oleh bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, ayah al Walid agaknya tidak tega membiarkan anaknya tinggal dan menetap di wilayah itu bersama orang-orang Badui.
Menurut penilaian, bahwa bahasa Arab suku Badui atau pedalaman Arab masih murni. Bahasa mereka belum tercemar dengan bahasa suku-suku lain. Kehidupan mereka sebagai bangsa nomaden (berpindah-pindah tempat) bersama ternak mereka membuat mereka jarang kontak dan berhubungan dengan suku-suku lain. Berbeda sekali dengan bahasa Arab orang-orang kota. Bahasa Arab orang-orang kota kebanyakan sudah tercemar karena banyak dipengaruhi bahasa dari suku-suku lain.
Namun, meskipun al Walid tidak terampil dalam bahasa Arab, tetapi dia seorang khalifah yang memiliki tekad dan cita-cita yang besar. Dia ingin menyatukan dan memperluas wilayah yang sudah dirintis para pendahulunya menjadi kerajaan yang besar dan tangguh.
Berbekal apa yang sudah dirintis ayahnya, seperti pendirian pabrik-pabrik peralatan perang serta pembuatan kapal-kapal perang. Al Walid berhasil melakukan aksi-aksi dan penyerangan-penyerangan militer ke berbagai wilayah, termasuk Eropa, Afrika Utara, Laut Tengah, Jazirah Arab, dan Asia Tengah.
Keberhasilan Khalifah al Walid bin Abdul Malik dalam mempertahankan dan mengembangkan wilayah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah juga didukung oleh adanya situasi keamanan dan stabilitas dalam negeri yang cukup aman. Tambah pula para panglima perang yang terampil dan andal.
Menurut catatan, al Hajaj bin Yusuf adalah salah seorang gubernur yang banyak mendukung keberhasilan al Walid. Hajaj sudah lama mengabdikan dirinya menjadi pengikut setia Marwan, kakeknya. Demi Dinasti Bani Umayyah, Hajaj mau melakukan apa saja, tidak peduli apakah hal tersebut bertentangan dengan agama atau tidak. Berkat kesetiaannya kepada Dinasti Bani Umayyah, maka dia berhasil menjadi orang kepercayaan Khalifah Marwan. Lebih dari itu, apa yang menjadi keinginan Hajaj selalu dituruti dan dikabulkan.
Kenyataan membuktikan lain, ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Hijaz (kota Mekah dan Madinah) dan berhasil membangun kedua kota itu serta dicintai masyarakat Hijaz, Hajaj menjadi iri. Mengapa? Karena Hajaj juga seorang penguasa, tetapi ia tidak diperlakukan demikian oleh rakyatnya.
Saat itu, Hajaj seorang gubernur. Dia menjadi penguasa wilayah Irak, yang kebanyakan adalah pengikut Ali bin Abi Thalib r.a.. Namun, rakyat Irak tidak suka dengan Hajaj karena ia sosok yang kejam dan bengis. Dia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan yang dilancarkan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib r.a..
Hajaj juga dikenal oleh banyak kalangan sebagai orang yang suka menjilat dan mau melakukan apa saja, termasuk fitnah dan pembunuhan. Akibat kekejaman Hajaj, para pemberontak menjadi takut dan menjadikan kondisi negara aman dan stabil. Inilah yang dikatakan Marwan kepada Abdul Malik dan juga cucunya, al Walid bahwa Hajaj itu termasuk orang yang berjasa mendukung Dinasti Bani Umayyah.
Ada seorang panglima perang yang namanya sangat masyhur pada masa Khalifah al Walid, dia adalah Thariq bin Ziad. Thariq bin Ziad namanya kemudian diabadikan untuk sebuah selat di Laut Tengah, Selat Gibraltar yang artinya Selat Jabal Thariq. Nama selat itu hingga kini masih ada.
Panglima Thariq bin Ziad dikenal tidak saja karena sangat tangguh dan cakap memimpin pasukan. Akan tetapi, dia juga dikenal sebagai orang yang pandai berdiplomasi dan berpidato. Pidatonya dapat mengobarkan semangat pasukannya, sehingga mereka memiliki keberanian untuk bertempur hingga titik darah penghabisan.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Dalam sebuah cerita, Khalifah Hisyam didatangi seorang sastrawan bernama Nushaib bin Rabah. Dengan kehebatannya dalam bersyair, Nushaib memuji Khalifah Hisyam dengan syair-syairnya. Berkat syair-syair yang indah itu Khalifah Hisyam terkesima dan terpesona. Khalifah Hisyam kemudian memberikan apa saja yang diminta Nushaib bin Rabah.
Dalam syair pujiannya Nushaib berkata, ”Ketika orang sibuk berpacu meraih puncak kemuliaan, tangan kanan engkau telah lebih dahulu mengulurkan hadiah dan bingkisan. Tangan kiri engkau kemudian menyusul sehingga semua keinginan pun segera terkabul.”
Perlu diketahui bahwa para sastrawan dan penyair itu ada bermacam-macam bentuknya. Ada sastrawan atau penyair yang suka memuji-muji penguasa agar mendapatkan hadiah atau kedudukan. Ada pula sastrawan dan penyair yang berjuang demi menegakkan keadilan dan kebenaran, seperti seorang penyair bernama Athal contohnya. Dia tidak takut ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena mengkritik penguasa Dinasti Bani Umayyah.
Khalifah Hisyam juga dikenal sebagai khalifah yang keras dan tegas dalam mendidik anak-anaknya. Dia menerapkan disiplin yang tegas untuk anak-anaknya. Siapa pun yang melanggar akan mendapatkan hukuman. Menurut sebuah cerita, putranya yang ketahuan tidak melaksanakan salat Jumat dihukum berat. Putranya yang tidak menjalankan salat Jumat itu dipanggil ke hadapannya. Setelah hadir dihadapannya, dia pun bertanya, ”Mengapa kemarin kamu tidak salat Jumat?” Putranya menjawab, ”Unta yang saya tunggangi mati sehingga aku terlambat.”
Mendengar jawaban putranya itu, Khalifah Hisyam langsung memutuskan hukuman. Hukumannya, putranya tidak boleh menaiki unta selama satu tahun. Menurutnya, sekalipun untanya mati, dia masih dapat berjalan kaki.
Ada juga yang mengatakan bahwa Khalifah Hisyam itu sebenarnya adalah khalifah yang kejam. Dia sangat kejam terhadap lawan-lawan politiknya, khususnya keluarga dan keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Bahkan, dia dituduh membunuh Zaid bin Ali, anak cucu keturunan Ali ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kufah, Irak.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dikenal suka mengenakan pakaian yang indah dan gemar menggunakan wewangian. Menurut cerita, ketika menjalankan ibadah haji, Khalifah Hisyam membawa 600 ekor unta untuk mengangkut keperluannya, termasuk pakaiannya.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Abdul Malik. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya seorang khalifah yang cerdas dan cakap, tetapi dia menghadapi masalah yang cukup banyak. Masalah yang muncul di antaranya karena khalifah sebelumnya Yazid bin Abdul Malik dikenal sebagai khalifah yang suka berfoya-foya. Sementara kondisi keuangan dan kas negara sedang berkurang. Lebih parah lagi, kondisi ekonomi rakyat juga sedang berantakan. Akibatnya, ketika dia mengeluarkan kebijakan dalam bidang pajak untuk menyelamatkan keuangan negara muncul berbagai reaksi keras dan penentangan.
Sementara sebelum Khalifah Yazid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pribadi yang ramah dan dermawan. Dia juga khalifah yang berpihak kepada orang-orang duafa. Jadi, apakah mungkin Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dapat tampil lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz? Sementara masalah yang ditinggalkan Yazid bin Abdul Malik cukup rumit?
Menurut cerita, Khalifah Hisyam memiliki sifat buruk, yakni suka mendendam. Sifat suka mendendamnya ditujukan terutama kepada keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Menurutnya, keturunan Ali bin Abi Thalib r.a. selalu berkeinginan merebut kekuasaan.
Untuk itu, selama berkuasa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik selalu mengawasi kegiatan dan aktivitas keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a.. Sikapnya yang terlalu curiga dan dendam kepada keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. inilah yang kemudian memunculkan perlawanan dan pemberontakan. Dalam melancarkan pemberontakan, keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. mendapat dukungan dari kelompok Khawarij dan Bani Hasyim atau Abbas.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah setelah saudaranya Yazid bin Abdul Malik meninggal dunia. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa Khalifah Sulaiman sebelum meninggal menuliskan dalam surat wasiatnya bahwa yang berhak menjadi khalifah sebagai penggantinya adalah Umar bin Abdul Aziz dan Yazid bin Abdul Malik. Setelah Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah tidak kurang dari 3 tahun. Penggantinya sesuai dengan surat wasiat, yaitu Yazid bin Abdul Malik, tetapi tidak beberapa lama kemudian juga meninggal.
Akhirnya, Khalifah Hisyam dilantik menjadi khalifah pada tahun 724 M. Dia berhasil menjabat sebagai khalifah selama kurang lebih 20 tahun. Namun, selama dia berkuasa sering kali timbul pemberontakan-pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontak yang berkeinginan menggulingkan Dinasti Bani Umayyah yang dilancarkan oleh Bani Hasyim dengan dukungan dari Khawarij dan non-Arab atau kelompok Mawali.
Banyak usaha yang dilakukan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik saat berkuasa. Kebijakan-kebijakannya sering menimbulkan penentangan dan reaksi karena dinilai membebani rakyat. Sungguh pun demikian, banyak juga jasanya khususnya dalam hal pembangunan sarana fisik dan pembukaan lahan perkebunan kapas dan ulat sutra.
Sumber: Tasirun Sulaiman