Nama lengkapnya, Abdul Malik bin Marwan bin al Hakam bin Abdul Ash bin Umayyah bin Abdul Syam bin Abdul Manaf. Dia lahir dari seorang ibu bernama Aisyah binti Muawiyah bin al Mugirah bin Abdul Ash.
Ibunya, Aisyah terkenal sebagai seorang wanita yang taat beragama dan berakhlak terpuji. Khalifah Abdul Malik dibesarkan dan dididik oleh ibunya sendiri. Di bawah asuhan dan didikan ibunya, Khalifah Abdul Malik tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, baik hati, dan bijaksana.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan lahir pada masa Khalifah Usman bin Affan. Sejak kecil, Khalifah Abdul Malik bin Marwan gemar belajar ilmu. Pada masa kecil Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran. Setelah itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mempelajari ilmu hadis, fikih, tafsir, dan lainnya.
Untuk mempelajari ilmu-ilmu itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar langsung dari para guru dan ulama yang masyhur pada zamannya. Pada masa itu, para guru dan ulama yang masyhur kebanyakan tinggal di kota Madinah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran dari Khalifah Usman. Belajar hadis dari Abu Hurairah, Abu Sa’id al Khudry, Jabir bin Abdullah, dan dari sahabat Rasulullah saw. lainnya.
Oleh karena bakat dan kecerdasan serta kecintaannya kepada ilmu, nama Khalifah Abdul Malik bin Marwan pun mampu menyamai para ulama. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal memiliki pengetahuan fikih yang luas hingga namanya disejajarkan dengan Said bin Musayyab dan Urwah bin Zubair. Keduanya adalah ulama fikih terkenal di kota Madinah.
Selain mencintai ilmu agama, Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mencintai ilmu-ilmu umum seperti sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang kritikus sastra terkenal. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mendirikan sebuah klub kajian sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan senang sekali terlibat diskusi sastra, di antaranya membahas kitab al Kamil, karya sastra yang ditulis oleh al Mubarrad.
Oleh karena keluasan ilmu pengetahuannya itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai teman dan lawan diskusi yang baik. Seorang bernama al Syaibi mengomentari Khalifah Abdul Malik bin Marwan sebagai teman yang pandai dan pintar. Menurutnya, setiap kali terlibat pembicaraan dengan Khalifah Abdul Malik bin Marwan selalu bertambah ilmu pengetahuan baru.
Kecintaannya kepada sastra membuat bahasa Khalifah Abdul Malik bin Marwan berbobot, lugas, dan fasih. Sebagai seorang khalifah, Abdul Malik bin Marwan diakui memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang lainnya. Sehingga ketika dirinya diangkat menjadi khalifah kelima menggantikan Khalifah Marwan bin Hakam, tidak banyak tokoh yang menentang.
Di bawah kepemimpinannya, Dinasti Bani Umayyah kembali mengalami perkembangan seperti yang dirintis pendahulunya, Muawiyah bin Abu Sufyan.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Ibunya, Aisyah terkenal sebagai seorang wanita yang taat beragama dan berakhlak terpuji. Khalifah Abdul Malik dibesarkan dan dididik oleh ibunya sendiri. Di bawah asuhan dan didikan ibunya, Khalifah Abdul Malik tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, baik hati, dan bijaksana.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan lahir pada masa Khalifah Usman bin Affan. Sejak kecil, Khalifah Abdul Malik bin Marwan gemar belajar ilmu. Pada masa kecil Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran. Setelah itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mempelajari ilmu hadis, fikih, tafsir, dan lainnya.
Untuk mempelajari ilmu-ilmu itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar langsung dari para guru dan ulama yang masyhur pada zamannya. Pada masa itu, para guru dan ulama yang masyhur kebanyakan tinggal di kota Madinah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan belajar menghafal Alquran dari Khalifah Usman. Belajar hadis dari Abu Hurairah, Abu Sa’id al Khudry, Jabir bin Abdullah, dan dari sahabat Rasulullah saw. lainnya.
Oleh karena bakat dan kecerdasan serta kecintaannya kepada ilmu, nama Khalifah Abdul Malik bin Marwan pun mampu menyamai para ulama. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal memiliki pengetahuan fikih yang luas hingga namanya disejajarkan dengan Said bin Musayyab dan Urwah bin Zubair. Keduanya adalah ulama fikih terkenal di kota Madinah.
Selain mencintai ilmu agama, Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mencintai ilmu-ilmu umum seperti sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang kritikus sastra terkenal. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga mendirikan sebuah klub kajian sastra. Khalifah Abdul Malik bin Marwan senang sekali terlibat diskusi sastra, di antaranya membahas kitab al Kamil, karya sastra yang ditulis oleh al Mubarrad.
Oleh karena keluasan ilmu pengetahuannya itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai teman dan lawan diskusi yang baik. Seorang bernama al Syaibi mengomentari Khalifah Abdul Malik bin Marwan sebagai teman yang pandai dan pintar. Menurutnya, setiap kali terlibat pembicaraan dengan Khalifah Abdul Malik bin Marwan selalu bertambah ilmu pengetahuan baru.
Kecintaannya kepada sastra membuat bahasa Khalifah Abdul Malik bin Marwan berbobot, lugas, dan fasih. Sebagai seorang khalifah, Abdul Malik bin Marwan diakui memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang lainnya. Sehingga ketika dirinya diangkat menjadi khalifah kelima menggantikan Khalifah Marwan bin Hakam, tidak banyak tokoh yang menentang.
Di bawah kepemimpinannya, Dinasti Bani Umayyah kembali mengalami perkembangan seperti yang dirintis pendahulunya, Muawiyah bin Abu Sufyan.
Sumber: Tasirun Sulaiman