Khalifah Hisyam bin Abdul Malik adalah putra dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik lahir pada tahun 70 H. Dia dikenal sebagai salah seorang khalifah yang menggemari sastra. Dia juga suka sekali mendengarkan puisi atau syair. Selain itu, dia juga suka terlibat diskusi tentang karya-karya sastra.
Dalam sebuah cerita, Khalifah Hisyam didatangi seorang sastrawan bernama Nushaib bin Rabah. Dengan kehebatannya dalam bersyair, Nushaib memuji Khalifah Hisyam dengan syair-syairnya. Berkat syair-syair yang indah itu Khalifah Hisyam terkesima dan terpesona. Khalifah Hisyam kemudian memberikan apa saja yang diminta Nushaib bin Rabah.
Dalam syair pujiannya Nushaib berkata, ”Ketika orang sibuk berpacu meraih puncak kemuliaan, tangan kanan engkau telah lebih dahulu mengulurkan hadiah dan bingkisan. Tangan kiri engkau kemudian menyusul sehingga semua keinginan pun segera terkabul.”
Perlu diketahui bahwa para sastrawan dan penyair itu ada bermacam-macam bentuknya. Ada sastrawan atau penyair yang suka memuji-muji penguasa agar mendapatkan hadiah atau kedudukan. Ada pula sastrawan dan penyair yang berjuang demi menegakkan keadilan dan kebenaran, seperti seorang penyair bernama Athal contohnya. Dia tidak takut ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena mengkritik penguasa Dinasti Bani Umayyah.
Khalifah Hisyam juga dikenal sebagai khalifah yang keras dan tegas dalam mendidik anak-anaknya. Dia menerapkan disiplin yang tegas untuk anak-anaknya. Siapa pun yang melanggar akan mendapatkan hukuman. Menurut sebuah cerita, putranya yang ketahuan tidak melaksanakan salat Jumat dihukum berat. Putranya yang tidak menjalankan salat Jumat itu dipanggil ke hadapannya. Setelah hadir dihadapannya, dia pun bertanya, ”Mengapa kemarin kamu tidak salat Jumat?” Putranya menjawab, ”Unta yang saya tunggangi mati sehingga aku terlambat.”
Mendengar jawaban putranya itu, Khalifah Hisyam langsung memutuskan hukuman. Hukumannya, putranya tidak boleh menaiki unta selama satu tahun. Menurutnya, sekalipun untanya mati, dia masih dapat berjalan kaki.
Ada juga yang mengatakan bahwa Khalifah Hisyam itu sebenarnya adalah khalifah yang kejam. Dia sangat kejam terhadap lawan-lawan politiknya, khususnya keluarga dan keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Bahkan, dia dituduh membunuh Zaid bin Ali, anak cucu keturunan Ali ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kufah, Irak.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dikenal suka mengenakan pakaian yang indah dan gemar menggunakan wewangian. Menurut cerita, ketika menjalankan ibadah haji, Khalifah Hisyam membawa 600 ekor unta untuk mengangkut keperluannya, termasuk pakaiannya.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Abdul Malik. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya seorang khalifah yang cerdas dan cakap, tetapi dia menghadapi masalah yang cukup banyak. Masalah yang muncul di antaranya karena khalifah sebelumnya Yazid bin Abdul Malik dikenal sebagai khalifah yang suka berfoya-foya. Sementara kondisi keuangan dan kas negara sedang berkurang. Lebih parah lagi, kondisi ekonomi rakyat juga sedang berantakan. Akibatnya, ketika dia mengeluarkan kebijakan dalam bidang pajak untuk menyelamatkan keuangan negara muncul berbagai reaksi keras dan penentangan.
Sementara sebelum Khalifah Yazid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pribadi yang ramah dan dermawan. Dia juga khalifah yang berpihak kepada orang-orang duafa. Jadi, apakah mungkin Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dapat tampil lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz? Sementara masalah yang ditinggalkan Yazid bin Abdul Malik cukup rumit?
Menurut cerita, Khalifah Hisyam memiliki sifat buruk, yakni suka mendendam. Sifat suka mendendamnya ditujukan terutama kepada keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Menurutnya, keturunan Ali bin Abi Thalib r.a. selalu berkeinginan merebut kekuasaan.
Untuk itu, selama berkuasa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik selalu mengawasi kegiatan dan aktivitas keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a.. Sikapnya yang terlalu curiga dan dendam kepada keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. inilah yang kemudian memunculkan perlawanan dan pemberontakan. Dalam melancarkan pemberontakan, keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. mendapat dukungan dari kelompok Khawarij dan Bani Hasyim atau Abbas.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah setelah saudaranya Yazid bin Abdul Malik meninggal dunia. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa Khalifah Sulaiman sebelum meninggal menuliskan dalam surat wasiatnya bahwa yang berhak menjadi khalifah sebagai penggantinya adalah Umar bin Abdul Aziz dan Yazid bin Abdul Malik. Setelah Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah tidak kurang dari 3 tahun. Penggantinya sesuai dengan surat wasiat, yaitu Yazid bin Abdul Malik, tetapi tidak beberapa lama kemudian juga meninggal.
Akhirnya, Khalifah Hisyam dilantik menjadi khalifah pada tahun 724 M. Dia berhasil menjabat sebagai khalifah selama kurang lebih 20 tahun. Namun, selama dia berkuasa sering kali timbul pemberontakan-pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontak yang berkeinginan menggulingkan Dinasti Bani Umayyah yang dilancarkan oleh Bani Hasyim dengan dukungan dari Khawarij dan non-Arab atau kelompok Mawali.
Banyak usaha yang dilakukan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik saat berkuasa. Kebijakan-kebijakannya sering menimbulkan penentangan dan reaksi karena dinilai membebani rakyat. Sungguh pun demikian, banyak juga jasanya khususnya dalam hal pembangunan sarana fisik dan pembukaan lahan perkebunan kapas dan ulat sutra.
Sumber: Tasirun Sulaiman
Dalam sebuah cerita, Khalifah Hisyam didatangi seorang sastrawan bernama Nushaib bin Rabah. Dengan kehebatannya dalam bersyair, Nushaib memuji Khalifah Hisyam dengan syair-syairnya. Berkat syair-syair yang indah itu Khalifah Hisyam terkesima dan terpesona. Khalifah Hisyam kemudian memberikan apa saja yang diminta Nushaib bin Rabah.
Dalam syair pujiannya Nushaib berkata, ”Ketika orang sibuk berpacu meraih puncak kemuliaan, tangan kanan engkau telah lebih dahulu mengulurkan hadiah dan bingkisan. Tangan kiri engkau kemudian menyusul sehingga semua keinginan pun segera terkabul.”
Perlu diketahui bahwa para sastrawan dan penyair itu ada bermacam-macam bentuknya. Ada sastrawan atau penyair yang suka memuji-muji penguasa agar mendapatkan hadiah atau kedudukan. Ada pula sastrawan dan penyair yang berjuang demi menegakkan keadilan dan kebenaran, seperti seorang penyair bernama Athal contohnya. Dia tidak takut ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena mengkritik penguasa Dinasti Bani Umayyah.
Khalifah Hisyam juga dikenal sebagai khalifah yang keras dan tegas dalam mendidik anak-anaknya. Dia menerapkan disiplin yang tegas untuk anak-anaknya. Siapa pun yang melanggar akan mendapatkan hukuman. Menurut sebuah cerita, putranya yang ketahuan tidak melaksanakan salat Jumat dihukum berat. Putranya yang tidak menjalankan salat Jumat itu dipanggil ke hadapannya. Setelah hadir dihadapannya, dia pun bertanya, ”Mengapa kemarin kamu tidak salat Jumat?” Putranya menjawab, ”Unta yang saya tunggangi mati sehingga aku terlambat.”
Mendengar jawaban putranya itu, Khalifah Hisyam langsung memutuskan hukuman. Hukumannya, putranya tidak boleh menaiki unta selama satu tahun. Menurutnya, sekalipun untanya mati, dia masih dapat berjalan kaki.
Ada juga yang mengatakan bahwa Khalifah Hisyam itu sebenarnya adalah khalifah yang kejam. Dia sangat kejam terhadap lawan-lawan politiknya, khususnya keluarga dan keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Bahkan, dia dituduh membunuh Zaid bin Ali, anak cucu keturunan Ali ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kufah, Irak.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dikenal suka mengenakan pakaian yang indah dan gemar menggunakan wewangian. Menurut cerita, ketika menjalankan ibadah haji, Khalifah Hisyam membawa 600 ekor unta untuk mengangkut keperluannya, termasuk pakaiannya.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Abdul Malik. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya seorang khalifah yang cerdas dan cakap, tetapi dia menghadapi masalah yang cukup banyak. Masalah yang muncul di antaranya karena khalifah sebelumnya Yazid bin Abdul Malik dikenal sebagai khalifah yang suka berfoya-foya. Sementara kondisi keuangan dan kas negara sedang berkurang. Lebih parah lagi, kondisi ekonomi rakyat juga sedang berantakan. Akibatnya, ketika dia mengeluarkan kebijakan dalam bidang pajak untuk menyelamatkan keuangan negara muncul berbagai reaksi keras dan penentangan.
Sementara sebelum Khalifah Yazid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pribadi yang ramah dan dermawan. Dia juga khalifah yang berpihak kepada orang-orang duafa. Jadi, apakah mungkin Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dapat tampil lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz? Sementara masalah yang ditinggalkan Yazid bin Abdul Malik cukup rumit?
Menurut cerita, Khalifah Hisyam memiliki sifat buruk, yakni suka mendendam. Sifat suka mendendamnya ditujukan terutama kepada keturunan Ali bin Abi Thalib r.a.. Menurutnya, keturunan Ali bin Abi Thalib r.a. selalu berkeinginan merebut kekuasaan.
Untuk itu, selama berkuasa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik selalu mengawasi kegiatan dan aktivitas keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a.. Sikapnya yang terlalu curiga dan dendam kepada keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. inilah yang kemudian memunculkan perlawanan dan pemberontakan. Dalam melancarkan pemberontakan, keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. mendapat dukungan dari kelompok Khawarij dan Bani Hasyim atau Abbas.
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik diangkat menjadi khalifah setelah saudaranya Yazid bin Abdul Malik meninggal dunia. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa Khalifah Sulaiman sebelum meninggal menuliskan dalam surat wasiatnya bahwa yang berhak menjadi khalifah sebagai penggantinya adalah Umar bin Abdul Aziz dan Yazid bin Abdul Malik. Setelah Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah tidak kurang dari 3 tahun. Penggantinya sesuai dengan surat wasiat, yaitu Yazid bin Abdul Malik, tetapi tidak beberapa lama kemudian juga meninggal.
Akhirnya, Khalifah Hisyam dilantik menjadi khalifah pada tahun 724 M. Dia berhasil menjabat sebagai khalifah selama kurang lebih 20 tahun. Namun, selama dia berkuasa sering kali timbul pemberontakan-pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontak yang berkeinginan menggulingkan Dinasti Bani Umayyah yang dilancarkan oleh Bani Hasyim dengan dukungan dari Khawarij dan non-Arab atau kelompok Mawali.
Banyak usaha yang dilakukan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik saat berkuasa. Kebijakan-kebijakannya sering menimbulkan penentangan dan reaksi karena dinilai membebani rakyat. Sungguh pun demikian, banyak juga jasanya khususnya dalam hal pembangunan sarana fisik dan pembukaan lahan perkebunan kapas dan ulat sutra.
Sumber: Tasirun Sulaiman