Makanan dan minuman yang dikonsumsi akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kesehatan jasmani maupun rohani. Keduanya juga akan membentuk kepribadian dan karakter manusia. Seseorang yang suka memakan makanan yang kotor (tidak halal) biasanya akan bertabiat keras, kasar, dan sulit menerima kebenaran.
Makanan dan minuman yang baik jika dikonsumsi akan menghasilkan berbagai macam zat yang bermanfaat untuk tubuh. Makan dan minum termasuk salah satu nikmat Allah yang wajib disyukuri. Orang yang tidak mau memenuhi kebutuhan makan dan minum padahal jasadnya membutuhkannya berarti ia tidak mensyukuri nikmat Allah.
Firman Allah swt.:
”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Q.S. Al Nahl [16]: 114)
Islam melarang mencela makanan atau minuman jika tidak disukai. Rasulullah mengajarkan agar selalu bersyukur dengan rezeki yang Allah berikan dan jangan mencela makanan atau minuman yang tidak disukai. Tinggalkan saja makanan dan minuman tersebut jika tidak menyukainya.
Sabda Rasulullah saw.:
”Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Nabi saw. Tidak pernah mencela makanan selamanya, jika suka beliau makan dan jika tidak suka beliau tinggalkan.” (H.R. Bukhari)
Makan dan minum akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan cara dan aturan yang benar dalam Islam. Aturan-aturan itu antara lain:
1. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal dan tayyib, baik dari cara memperolehnya maupun hukum makanan itu sendiri.
2. Makanan dan minuman yang dikonsumsi benar-benar baik untuk tubuh.
3. Makan dan minum sekadar memenuhi kebutuhan saja, tidak boleh berlebih-lebihan. Allah benci orang yang berlebih-lebihan.
Firman Allah swt.:
”… makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al A‘raf [7]: 31)
Sabda Rasulullah saw.:
”Dari Abu Karimah al Miqdad bin Karib r.a., aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada sesuatu yang lebih buruk bagi anak Adam jika ia mengisi perutnya, maka cukuplah bagi anak Adam makan untuk sekadar menegakkan tulang rusuknya, maka jika ia mengisinya maka isilah sepertiga dengan makanan, sepertiga dengan minuman, dan sepertiga untuk bernapas.” (H.R. Tirmizi)
Makanan dan minuman yang baik jika dikonsumsi akan menghasilkan berbagai macam zat yang bermanfaat untuk tubuh. Makan dan minum termasuk salah satu nikmat Allah yang wajib disyukuri. Orang yang tidak mau memenuhi kebutuhan makan dan minum padahal jasadnya membutuhkannya berarti ia tidak mensyukuri nikmat Allah.
Firman Allah swt.:
”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Q.S. Al Nahl [16]: 114)
Islam melarang mencela makanan atau minuman jika tidak disukai. Rasulullah mengajarkan agar selalu bersyukur dengan rezeki yang Allah berikan dan jangan mencela makanan atau minuman yang tidak disukai. Tinggalkan saja makanan dan minuman tersebut jika tidak menyukainya.
Sabda Rasulullah saw.:
”Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Nabi saw. Tidak pernah mencela makanan selamanya, jika suka beliau makan dan jika tidak suka beliau tinggalkan.” (H.R. Bukhari)
Makan dan minum akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan cara dan aturan yang benar dalam Islam. Aturan-aturan itu antara lain:
1. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal dan tayyib, baik dari cara memperolehnya maupun hukum makanan itu sendiri.
2. Makanan dan minuman yang dikonsumsi benar-benar baik untuk tubuh.
3. Makan dan minum sekadar memenuhi kebutuhan saja, tidak boleh berlebih-lebihan. Allah benci orang yang berlebih-lebihan.
Firman Allah swt.:
”… makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al A‘raf [7]: 31)
Sabda Rasulullah saw.:
”Dari Abu Karimah al Miqdad bin Karib r.a., aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada sesuatu yang lebih buruk bagi anak Adam jika ia mengisi perutnya, maka cukuplah bagi anak Adam makan untuk sekadar menegakkan tulang rusuknya, maka jika ia mengisinya maka isilah sepertiga dengan makanan, sepertiga dengan minuman, dan sepertiga untuk bernapas.” (H.R. Tirmizi)
Sumber: wahyufokus