JAKARTA - Penyelarasan pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Penyelarasan pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang bisa menyediakan lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain.
”Penyelarasan pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini,” kata Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional, dalam acara pelepasan 16 dosen dari sejumlah perguruan tinggi untuk belajar kewirausahaan di Amerika Serikat, Jumat (8/1/2010) malam di Jakarta.
Hamid mengatakan, penyelarasan mendesak dilakukan karena kenyataannya makin tinggi pendidikan seseorang, makin rendah kemandiriannya. Ini tecermin dari meningkatnya pengangguran terdidik di jenjang pendidikan menengah dan tinggi.
Untuk pendidikan kewirausahaan, kata Hamid, bukan hanya dikembangkan di persekolahan dan perguruan tinggi. Pendidikan di luar sekolah seperti keaksaraan, lembaga kursus, dan pendidikan masyarakat juga akan dikembangkan.
Di Indonesia ada sekitar 10.000 lembaga kursus dan 5.000 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang juga perlu sentuhan penyelarasan.
Ciputra, pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), mengatakan, dengan memberikan kesempatan bagi dosen untuk mendapatkan pendidikan kewirausahaan di tempat yang terbaik, peluang untuk menyebarkan kewirausahaan di kampus maupun masyarakat semakin besar. Karena itu, Kauffman Foundation, institusi pelatihan kewirausahaan di Amerika Serikat, mendukung keinginan Indonesia untuk menyebarluaskan dan memantapkan pendidikan kewirausahaan.
”Jika diibaratkan kereta api, Indonesia sudah kebanyakan ’gerbong’. Akibat lokomotif yang terbatas, gerbong-gerbong semakin tidak tertarik. Kita perlu perbanyak lokomotif itu, yakni entrepreneur supaya lapangan kerja semakin banyak,” kata Ciputra.
Sumber: kompas.com
”Penyelarasan pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini,” kata Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional, dalam acara pelepasan 16 dosen dari sejumlah perguruan tinggi untuk belajar kewirausahaan di Amerika Serikat, Jumat (8/1/2010) malam di Jakarta.
Hamid mengatakan, penyelarasan mendesak dilakukan karena kenyataannya makin tinggi pendidikan seseorang, makin rendah kemandiriannya. Ini tecermin dari meningkatnya pengangguran terdidik di jenjang pendidikan menengah dan tinggi.
Untuk pendidikan kewirausahaan, kata Hamid, bukan hanya dikembangkan di persekolahan dan perguruan tinggi. Pendidikan di luar sekolah seperti keaksaraan, lembaga kursus, dan pendidikan masyarakat juga akan dikembangkan.
Di Indonesia ada sekitar 10.000 lembaga kursus dan 5.000 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang juga perlu sentuhan penyelarasan.
Ciputra, pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), mengatakan, dengan memberikan kesempatan bagi dosen untuk mendapatkan pendidikan kewirausahaan di tempat yang terbaik, peluang untuk menyebarkan kewirausahaan di kampus maupun masyarakat semakin besar. Karena itu, Kauffman Foundation, institusi pelatihan kewirausahaan di Amerika Serikat, mendukung keinginan Indonesia untuk menyebarluaskan dan memantapkan pendidikan kewirausahaan.
”Jika diibaratkan kereta api, Indonesia sudah kebanyakan ’gerbong’. Akibat lokomotif yang terbatas, gerbong-gerbong semakin tidak tertarik. Kita perlu perbanyak lokomotif itu, yakni entrepreneur supaya lapangan kerja semakin banyak,” kata Ciputra.
Sumber: kompas.com