JAKARTA - Pembuat kebijakan, pengelola sekolah, guru, serta orangtua murid seringkali lupa, bahwa belajar di sekolah bukan semata untuk mendapatkan nilai dan prestasi akademik.
"Saat ini adalah masa digital native bagi anak-anak kita, itulah perubahan yang sedang terjadi"
-- Antarina S.F Amir/Managing Director SHI
Kini, saatnya dunia pendidikan Indonesia harus meninggalkan paradigma lama tersebut. Paradigma yang selalu memandang tujuan pendidikan di sekolah hanya berdasarkan ukuran-ukuran akademik.
Demikian dikatakan oleh Antarina S.F Amir, Managing Director Sekolah High/Scope Indonesia (SHI), Selasa (19/1/2010), di Jakarta, menyambut persiapan Open House SHI: "Changing, So Why Choose a School That Hasn't Changed?" di SHI TB Simatupang pada 23 Januari 2010 dan beberapa cabang SHI di Indonesia.
Menurutnya, saat ini dunia pendidikan Indonesia harus meninggalkan paradigma lama, bahwa ke sekolah bukan semata untuk mendapatkan nilai dan prestasi akademik. Hanya, untuk mengubah paradigma lama tersebut, fokus pendidikan sekolah tidak cukup hanya berpokok pada siswa. Orangtua murid pun harus dilibatkan secara aktif untuk mendukungnya dengan bersikap maju dan open minded.
"Changed, karena kami ingin merubah paradigma lama itu, yaitu menawarkan sebuah paradigma tentang pendidikan yang tidak satu arah," ujar Antarina.
Dia mengatakan, anak harus dilibatkan dalam semua proses pendidikan, karena anak didik bukan obyek tetapi justeru subyek pendidikan itu sendiri. Lepas dari hal tersebut, kata dia, orang tua murid pun tak bisa dibiarkan begitu saja untuk hanya menerima hasil didikan pengelola sekolah.
"Semua ini untuk masa depan anak, karena dunia sudah berubah dan akan terus berubah. Saat ini adalah masa digital native bagi anak-anak kita, itulah perubahan yang sedang terjadi," ujarnya.
Menurutnya, saat ini anak didik semakin gampang menyerap segala hal dari dunia digital. Anak-anak kini lebih sulit berkonsentrasi, karena mobilitas mereka lebih tinggi, sosialisasinya pun semakin tinggi akibat fenomena digital.
"Perubahan inilah yang saat ini harus diperhatikan pada anak-anak didik kita. Dunia di sekitarnya berubah, mereka juga berubah," kata Antarina.
Antarina mengatakan, semestinya yang menjadi fokus pendidikan nasional ke depan adalah bukan lagi hanya hanya akademik. Paradigma itu mutlak harus diubah, sehingga harusnya dicamkan, bahwa pendidikan bukan hanya tugas guru, tetapi juga masyarakat secara luas untuk terlibat.
Sumber: kompas.com
"Saat ini adalah masa digital native bagi anak-anak kita, itulah perubahan yang sedang terjadi"
-- Antarina S.F Amir/Managing Director SHI
Kini, saatnya dunia pendidikan Indonesia harus meninggalkan paradigma lama tersebut. Paradigma yang selalu memandang tujuan pendidikan di sekolah hanya berdasarkan ukuran-ukuran akademik.
Demikian dikatakan oleh Antarina S.F Amir, Managing Director Sekolah High/Scope Indonesia (SHI), Selasa (19/1/2010), di Jakarta, menyambut persiapan Open House SHI: "Changing, So Why Choose a School That Hasn't Changed?" di SHI TB Simatupang pada 23 Januari 2010 dan beberapa cabang SHI di Indonesia.
Menurutnya, saat ini dunia pendidikan Indonesia harus meninggalkan paradigma lama, bahwa ke sekolah bukan semata untuk mendapatkan nilai dan prestasi akademik. Hanya, untuk mengubah paradigma lama tersebut, fokus pendidikan sekolah tidak cukup hanya berpokok pada siswa. Orangtua murid pun harus dilibatkan secara aktif untuk mendukungnya dengan bersikap maju dan open minded.
"Changed, karena kami ingin merubah paradigma lama itu, yaitu menawarkan sebuah paradigma tentang pendidikan yang tidak satu arah," ujar Antarina.
Dia mengatakan, anak harus dilibatkan dalam semua proses pendidikan, karena anak didik bukan obyek tetapi justeru subyek pendidikan itu sendiri. Lepas dari hal tersebut, kata dia, orang tua murid pun tak bisa dibiarkan begitu saja untuk hanya menerima hasil didikan pengelola sekolah.
"Semua ini untuk masa depan anak, karena dunia sudah berubah dan akan terus berubah. Saat ini adalah masa digital native bagi anak-anak kita, itulah perubahan yang sedang terjadi," ujarnya.
Menurutnya, saat ini anak didik semakin gampang menyerap segala hal dari dunia digital. Anak-anak kini lebih sulit berkonsentrasi, karena mobilitas mereka lebih tinggi, sosialisasinya pun semakin tinggi akibat fenomena digital.
"Perubahan inilah yang saat ini harus diperhatikan pada anak-anak didik kita. Dunia di sekitarnya berubah, mereka juga berubah," kata Antarina.
Antarina mengatakan, semestinya yang menjadi fokus pendidikan nasional ke depan adalah bukan lagi hanya hanya akademik. Paradigma itu mutlak harus diubah, sehingga harusnya dicamkan, bahwa pendidikan bukan hanya tugas guru, tetapi juga masyarakat secara luas untuk terlibat.
Sumber: kompas.com