JAKARTA - Tumbuhnya budaya kerja di SMK diperkuat melalui sinergi dan simulasi industri yang kuat melalui kerja sama sekolah-industri. Simulasi industri ini ditujukan agar para siswa SMK mendapatkan pengetahuan tentang budaya kerja, kondisi riil di industri, dan penguasaan teknologi.
"Keselarasan dunia pendidikan dan dunia industri harus terjaga. Dunia pendidikan harus mampu mengejar dinamika yang terjadi di dunia industri. Untuk itu, simulasi-simulasi industri di sekolah, utamanya SMK dan Perguruan tinggi, mesti serius dijalankan," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal di Jakarta , Kamis (7/1/2010).
Fasli mengungkapkan, kelemahan yang ada saat ini karena belum adanya undang-undang yang memaksa dunia usaha untuk membuka pintu kepada anak-anak SMK. Akibatnya, SMK yang dekat dengan kota dan industri menjadi maju karena akses yang dekat dan tanpa biaya yang terlalu besar.
Kondisi tersebut, kata Fasli, yang menyebabkan ketimpangan yang besar di SMK. Sebagai contoh, di Jerman, ada undang-undang sebagai rujukan mengharuskan dunia industri untuk bersinergi dengan dunia pendidikan.
"Kalau tidak jelas sistem insentif dan disinsentifnya, sementara undang-undang tidak ada, mulai lemah dan apa adanya saja maka hilanglah nuansa link and match itu," kata Fasli.
Menteri Pendidikan Nasional menegaskan fokus Kementerian Pendidikan Nasional adalah juga meningkatkan kualitas relevansi baik pendidikan menengah terutama menengah kejuruan dan pendidikan tinggi kaitannya dengan dunia kerja. Selain itu, kewirausahaan juga didorong melalui dunia pendidikan.
Sumber: kompas.com
"Keselarasan dunia pendidikan dan dunia industri harus terjaga. Dunia pendidikan harus mampu mengejar dinamika yang terjadi di dunia industri. Untuk itu, simulasi-simulasi industri di sekolah, utamanya SMK dan Perguruan tinggi, mesti serius dijalankan," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal di Jakarta , Kamis (7/1/2010).
Fasli mengungkapkan, kelemahan yang ada saat ini karena belum adanya undang-undang yang memaksa dunia usaha untuk membuka pintu kepada anak-anak SMK. Akibatnya, SMK yang dekat dengan kota dan industri menjadi maju karena akses yang dekat dan tanpa biaya yang terlalu besar.
Kondisi tersebut, kata Fasli, yang menyebabkan ketimpangan yang besar di SMK. Sebagai contoh, di Jerman, ada undang-undang sebagai rujukan mengharuskan dunia industri untuk bersinergi dengan dunia pendidikan.
"Kalau tidak jelas sistem insentif dan disinsentifnya, sementara undang-undang tidak ada, mulai lemah dan apa adanya saja maka hilanglah nuansa link and match itu," kata Fasli.
Menteri Pendidikan Nasional menegaskan fokus Kementerian Pendidikan Nasional adalah juga meningkatkan kualitas relevansi baik pendidikan menengah terutama menengah kejuruan dan pendidikan tinggi kaitannya dengan dunia kerja. Selain itu, kewirausahaan juga didorong melalui dunia pendidikan.
Sumber: kompas.com