JAKARTA,
KOMPAS.com — Semua sekolah, terutama di Jakarta, bermasalah. Demikian penilaian
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di sela-sela kunjungannya ke
SMA Negeri Unggulan MH Thamrin, Jalan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu
(14/11/2012).
Apa yang
membuatnya menilai demikian?
"Sebetulnya
semua sekolah di Jakarta itu bermasalah karena NEM dijadikan tolok ukur
penerimaan," kata Basuki.
Ia
menjelaskan, semua sekolah kini mengedepankan hasil nilai ujian untuk
menyeleksi siswa barunya. Sementara itu, di sisi lain, banyak siswa miskin yang
memiliki kemampuan standar atau bahkan di bawah rata-rata, tetapi ingin
merasakan pendidikan berkualitas di sekolah yang baik.
Menurutnya,
anak-anak yang berasal dari keluarga mampu selalu dapat mengikuti les atau
bimbingan belajar di luar jam sekolah. Walau demikian, siswa dari keluarga
miskin sulit merasakan hal serupa karena harus bergumul dengan kesulitan hidup
yang menghimpit.
"Para
siswa yang mengikuti les pasti anak orang kaya dan nilainya pasti bagus. Lalu
bagaimana dengan anak-anak miskin?" tandasnya.
Banyak
sekolah, khususnya yang memiliki label rintisan sekolah bertaraf internasional
(RSBI), tidak dapat memenuhi instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mengharuskan sekolah memberikan 20 persen kursinya untuk anak-anak tidak
mampu. Alasannya beragam, mulai dari sekolah yang mempersempit akses siswa
miskin, hingga karena siswa miskin "ketakutan" belajar di sekolah
unggulan karena khawatir dengan tekanan sosial setelahnya.
Sumber:
kompas.com