
al Gazali mengkritik para filsuf dan akhirnya memilih tasawuf sebagai jalan menuju Tuhan. Kritiknya terhadap para filsuf ditulis lewat karyanya Tahafut al Falasifah (Kerancuan para Filsuf). Di dalam buku tersebut al Gazali mengatakan bahwa ada tiga pendapat para filsuf yang telah membawa mereka kepada kekufuran, yaitu bahwa alam ini qadim (dalam arti tidak bermula dalam waktu); Tuhan tidak mengetahui bagian sekecil-kecilnya dalam segala kejadian alam ini; dan dan tidak ada kebangkitan jasmani pada hari akhirat.
al Gazali pernah mengalami krisis batin dan sakit parah, kemudian ia menjalani pengembaraan, meditasi, dan hidup zuhud pada tahun 1095-1105 M. Setelah melakukan perenungan yang mendalam, ia meninggalkan filsafat dan memilih tasawuf sebagai terminal akhir dari keilmuan yang dipelajarinya.
al Gazali pernah mengalami krisis batin dan sakit parah, kemudian ia menjalani pengembaraan, meditasi, dan hidup zuhud pada tahun 1095-1105 M. Setelah melakukan perenungan yang mendalam, ia meninggalkan filsafat dan memilih tasawuf sebagai terminal akhir dari keilmuan yang dipelajarinya.
Karya yang ditulisnya lebih dari 228 buku, beberapa di antaranya adalah: al Arba'in fi Usul al Din, Fada'il al Batiniyyat, Faisal at Tafriqat, al Iqtishad fi 'l Iqtishad, Ma'arij al Quds fi Madarij Ma'rifat al Nafs, al Madhnun al Shagir, Mi'raj al Salikin, Mi'yar al'Ilm, al Munqidz min al Dlalal, dan Tahafut al Falasifah. Karya terbesarnya dan sampai saat ini masih dipelajari orang-oarang muslim adalah Ihya 'Ulum al Din (Menghidupkan kembali Ilmu Agama).
Sumber: wahyufokus
Sumber: wahyufokus