JAKARTA - Hasil Ujian Nasional (UN) 2010 yang akan digunakan oleh pemerintah untuk melakukan pemetaan mutu pendidikan ternyata masih diragukan. Sejak UN digelar pada 2004 lalu, pemetaan mutu yang dimaksud pemerintah dianggap tidak jelas.
"Hasilnya apa, lalu bagaimana intervensi yang dilakukan oleh Depdiknas terkait hasil pemetaan mutu itu"
-- Elin Driana/Education Forum.
Demikian dikatakan oleh pemerhati pendidikan yang juga salah satu koordinator Education Forum (EF) Elin Driana kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (15/1/2010). Elin mengatakan, hasil UN selama ini tidak dilihatnya benar-benar sebagai pemetaan mutu.
"Hasilnya apa, lalu bagaimana intervensi yang dilakukan oleh Depdiknas terkait hasil pemetaan mutu itu. Heran, jadi sebetulnya apa efektivitas UN untuk pemetaan mutu ini?" ujar Elin.
Elin menambahkan, pihak Depdiknas mengaku sudah melakukan pemetaan mutu tersebut dan membagikan hasilnya berupa compact disc (CD) kepada sekolah dan para guru. Namun, lanjut dia, setelah dicek ke beberapa guru ternyata tidak ada.
Menanggapi hal tersebut, Humas SMAN 3 Jakarta Dra. Titi Nurhayati mengaku justeru hal itu sebaliknya. Dikatakannya, pihak sekolahnya selalu diberikan presentase dan angka-angka hasil evaluasi pendidikan setiap selesai UN.
"Teliti kok mereka (Depdiknas). Ada buktinya, berupa angka-angka dan penjelasan-penjelasan evaluatif yang disampaikena oleh kepala sekolah kepada kami, terutama untuk guru supaya menjadi perhatian di kemudian hari," ujar Titi.
Menurutnya, dari hasil UN tersebut pihak sekolah bisa mengetahui kekurangannya sebagai pengelola pendidikan. Hasil evaluasi lalu digunakan untuk menyamakan persepi tentang mutu pendidikan itu sendiri.
"Bahwa kita tahu kekurangan dan kelebihan atas apa yang telah kami ajarkan ke siswa," ujarnya.
Namun sebaliknya, jika menurut Romo Y. Alis Windu Prasetya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Kolese Gonzaga, Jakarta Selatan, pemetaan mutu itu memang tidak pernah dirasakannya.
"Selama ini pemetaan mutu cuma berasal dari akreditasi, hasil UN yang kami rasakan selama ini hanya sebagai rangking, semisal di Jakarta Selatan rangking Matematika siswa kami di urutan ke sekian dan lain-lainnya, sebatas itu saja," ujar Alis.
Alis sekali lagi menegaskan, bahwa pemetaan mutu yang dimaksud pemerintah tersebut memang belum ada. "Bahwa pemetaan mutu yang bisa kami jadikan evaluasi ke bawah (guru dan siswa) itu belum ada," tambahnya.
Sumber: kompas.com
"Hasilnya apa, lalu bagaimana intervensi yang dilakukan oleh Depdiknas terkait hasil pemetaan mutu itu"
-- Elin Driana/Education Forum.
Demikian dikatakan oleh pemerhati pendidikan yang juga salah satu koordinator Education Forum (EF) Elin Driana kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (15/1/2010). Elin mengatakan, hasil UN selama ini tidak dilihatnya benar-benar sebagai pemetaan mutu.
"Hasilnya apa, lalu bagaimana intervensi yang dilakukan oleh Depdiknas terkait hasil pemetaan mutu itu. Heran, jadi sebetulnya apa efektivitas UN untuk pemetaan mutu ini?" ujar Elin.
Elin menambahkan, pihak Depdiknas mengaku sudah melakukan pemetaan mutu tersebut dan membagikan hasilnya berupa compact disc (CD) kepada sekolah dan para guru. Namun, lanjut dia, setelah dicek ke beberapa guru ternyata tidak ada.
Menanggapi hal tersebut, Humas SMAN 3 Jakarta Dra. Titi Nurhayati mengaku justeru hal itu sebaliknya. Dikatakannya, pihak sekolahnya selalu diberikan presentase dan angka-angka hasil evaluasi pendidikan setiap selesai UN.
"Teliti kok mereka (Depdiknas). Ada buktinya, berupa angka-angka dan penjelasan-penjelasan evaluatif yang disampaikena oleh kepala sekolah kepada kami, terutama untuk guru supaya menjadi perhatian di kemudian hari," ujar Titi.
Menurutnya, dari hasil UN tersebut pihak sekolah bisa mengetahui kekurangannya sebagai pengelola pendidikan. Hasil evaluasi lalu digunakan untuk menyamakan persepi tentang mutu pendidikan itu sendiri.
"Bahwa kita tahu kekurangan dan kelebihan atas apa yang telah kami ajarkan ke siswa," ujarnya.
Namun sebaliknya, jika menurut Romo Y. Alis Windu Prasetya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Kolese Gonzaga, Jakarta Selatan, pemetaan mutu itu memang tidak pernah dirasakannya.
"Selama ini pemetaan mutu cuma berasal dari akreditasi, hasil UN yang kami rasakan selama ini hanya sebagai rangking, semisal di Jakarta Selatan rangking Matematika siswa kami di urutan ke sekian dan lain-lainnya, sebatas itu saja," ujar Alis.
Alis sekali lagi menegaskan, bahwa pemetaan mutu yang dimaksud pemerintah tersebut memang belum ada. "Bahwa pemetaan mutu yang bisa kami jadikan evaluasi ke bawah (guru dan siswa) itu belum ada," tambahnya.
Sumber: kompas.com